Kesehatan

THE NEWS Mahasiswi PPDS Undip Diduga Bunuh Diri Akibat Bully, Kemenkes Hentikan Sementara Prodi Anestesi RSUP Dr Kariadi

thedesignweb.co.id, Jakarta – Mahasiswa Program Pendidikan Anestesiologi (PPDS) Universitas Diponegoro (Undip) Dr. Alia Rizma Lestari diduga bunuh diri akibat kekejaman orang yang lebih tua.

Kabar tersebut dibagikan oleh akun X @bambangsuling11 yang menyebut Aulia Risma Lestari mengakhiri hidupnya dengan menyuntik narkoba ke tubuhnya.

Ia menulis: “Seorang dokter muda RSUD Kardina Tegal meninggal dunia setelah disuntik obat ke tubuhnya. Diduga tak kuasa menahan intimidasi saat mengikuti program PPDS anestesi di Undip Semarang. Mohon bantuannya RT. dengan klaim bahwa korban mengalami kejepit saraf.

Hal tersebut juga telah mendapat perhatian Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI). Melalui surat TK.02.02/D/44137/2024 Kementerian Kesehatan RI meminta penghentian sementara program anestesi Universitas Diponegoro, dr. di RS Kariyadi.

Surat yang ditandatangani Azhar Jaya, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, pada Rabu, 14 Agustus 2024 itu berbunyi:

 

“Yang terhormat Direktur Utama RS Dr. Kariyadi Semarang!

Terkait intimidasi terhadap Program Penelitian Anestesiologi Universitas Tiponegoro, Dr. RS Kariyadi yang mengakibatkan salah satu mahasiswa Program Penelitian Anestesiologi Universitas Diponegoro bunuh diri,

Oleh karena itu, Direksi RS Kariyadi dan FC UNDIP disarankan untuk menghentikan sementara program studi anestesi dr. RS Kariyadi hingga penyelidikan dan tindakan yang dapat diperhitungkan.

“Penghentian sementara program studi ini berlaku sejak tanggal surat ini.”

 

Di Twitter, almarhum diketahui bernama Dr Alia Risma Lestari, mahasiswa semester lima Program Peminatan Anestesiologi (PPDS) Universitas Diponegoro (UNDIP). Tuduhan perundungan terhadap dirinya muncul dari catatan harian pribadinya.

“Almarhum sedang kuliah semester lima, namun menemukan buku harian itu saat PPDS (gejala perundungan),” bunyi surat itu.

Selain itu, PPDS Anestesi Undip dikabarkan berusaha menutupi kejadian tersebut dengan mengklaim korban kerap menyuntikkan obat ke tubuhnya karena mengalami kerusakan saraf.

Namun dari hasil pemeriksaan terungkap buku harian korban yang di dalamnya korban tidak kuasa menahan perundungan hingga akhirnya meninggal dunia.

Joe, pembuat thread berusername X ini mengaku tak mengenal dr Alia Rizma Lestar, namun ia dan beberapa rekannya bertekad membuka kasus tersebut.

“Saya belum kenal korbannya, tapi malam ini saya dan banyak rekan bersumpah akan mengejar pelaku pembullyan hingga mendapat hukuman yang setimpal. Saya mohon bantuan doa dan RT dari teman-teman semua agar kejadian serupa tidak terulang kembali. tempat bagi para pengganggu,” tulisnya.

Joe juga mengungkapkan, korban ditemukan tewas di kediamannya di Jalan Lempongsari, Semarang pada Senin, 12 Agustus 2024.

Hasil tes menunjukkan korban sempat disuntik anestesi kemarin lusa. Obat ini hanya dapat diperoleh oleh ahli anestesi atau mereka yang mengikuti program anestesiologi khusus.

Kapolsek Kayamunkura Kota Semarang Kompol Agus Hardono juga membantah kejadian tersebut merupakan aksi bunuh diri, kata Udas.

“Tapi biarlah obat bius dalam jumlah besar disuntikkan ke lengan korban. Obat itu harus diberikan melalui infus. Obat itu diberikan untuk membuat korban mengantuk.” Kapolres membenarkan isi buku harian korban.

Penulis mendapat pesan dari mahasiswa PPDS anestesi Undip lainnya dan menceritakan keseharian mereka selama PPDS yang dialami korban.

“Beban anestesi PPDS di RS Gariyadi sangat tinggi. Jam kerja normal adalah 18 jam sehari tanpa shift. Datang jam 6, pulang jam 12.00, kalau bisa pulang jam 11.00 berarti pulang lebih awal.

“Bukan hal yang aneh jika pulang jam 2 atau 3 pagi. Keesokan paginya jam 6 pagi saya harus bersiap lagi di rumah sakit. Itu berlanjut sepanjang masa studi 5 tahun. “Jika Anda menerima giliran kerja, tetaplah bertugas setidaknya selama 24 jam dan dapat diperpanjang hingga 5-6 hari hingga Anda bisa pulang dari rumah sakit,” kata laporan itu.

Seorang informan anonim juga mengungkapkan, RS Gariyadi memiliki jumlah operasi yang sangat tinggi, hingga 120 pasien per hari. Oleh karena itu, PPDS seringkali harus terus beroperasi setelah masa transisi.  

Bunuh diri bukanlah jawaban, apalagi solusi atas segala permasalahan hidup yang sering mendera Anda. Jika Anda, sahabat, saudara atau anggota keluarga yang Anda kenal sedang mengalami masa sulit, depresi dan berpikir untuk bunuh diri, sangat disarankan agar Anda berkonsultasi dengan psikiater di pusat kesehatan terdekat (Buskesma atau rumah sakit). Anda juga dapat mengunduh aplikasi Teman Saya: https://play.google.com/store/apps/details?id=com.tldigital.my friends

Atau menghubungi call center 24 jam Halo Ministry di 1500-567 yang menangani berbagai keluhan, pertanyaan, dan saran dari masyarakat.

Anda juga dapat mengirimkan pesan teks ke 081281562620, fax (021) 5223002, 52921669 dan alamat surat elektronik (email) [email protected].

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *