Marak Rokok Elektrik, Bagaimana Strategi Gudang Garam?
thedesignweb.co.id, Jakarta – PT Gudang Garam Tbk (GGRM) membahas kemunculan fenomena rokok elektronik. Direktur sekaligus Sekretaris Perusahaan Gudang Garam, Heru Budiman menjelaskan, saat ini perseroan belum berencana melakukan ekspansi ke rokok elektronik.
Heru menjelaskan, alasan utama perusahaan tidak melirik rokok elektrik karena harga jualnya yang sedikit lebih mahal dibandingkan rokok biasa. Di saat yang sama, daya beli masyarakat masih lemah.
“Sampai saat ini kami belum berencana merilis produk tersebut mengingat harga produk rokok elektrik jauh lebih mahal dibandingkan rokok. Sementara porsi yang boleh dihisap semakin banyak, namun kecil,” kata Heru secara langsung. pameran publik, dikutip Jumat (30/8/2024).
“Karena cenderung di level tertinggi, kalau kita anggap rokok elektronik harus ada modal perlengkapannya dan rokok yang dimasukkan juga kena pajak,” imbuhnya.
Berikutnya, Direktur Gudang Garam Istat Taswin Siddharta menjelaskan, jumlah komponen dalam negeri atau TKDN pada produk rokok elektrik elektronik sangat minim. Jadi pertimbangan lainnya adalah mengapa perusahaan enggan memperluas produk ini.
“Untuk rokok lainnya, jumlah komponen internal pada rokok ini jauh lebih sedikit dibandingkan rokok konvensional. Hal ini juga yang menjadi salah satu alasan kami terus memikirkan untuk terjun ke sektor ini,” kata Istata.
PT Gudang Garam Tbk (GGRM) buka suara atas keputusan perseroan tidak membagikan dividen untuk tahun 2023. 78 triliun pada tahun 2022.
Direktur sekaligus Sekretaris Gudang Garam Heru Budiman menjelaskan, langkah perseroan menghindari pembagian dividen tidak lepas dari situasi perekonomian saat ini.
Kenaikan suku bunga yang dilakukan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang belum bisa dipastikan akan menaikkan suku bunga pinjaman korporasi pada akhir tahun 2023 hingga awal tahun 2024.
“Kita juga tahu bahwa kondisi keuangan di masa depan, termasuk yang sangat dipengaruhi oleh situasi di Amerika Serikat, masih fluktuatif dan tidak menunjukkan arah yang jelas. Suku bunga diperkirakan akan turun, namun tidak akan terjadi. Mereka akan turun. Mereka akan naik. , tapi mereka tidak akan naik , itu membuat kita berhati-hati untuk tidak membagikan dividen, yaitu kendala jika suku bunga naik,” jelas Heru dalam paparan publik secara langsung, Kamis (29/08/2024).
Sebaliknya, jika suku bunga turun pada akhir tahun 2024, pembayarannya akan lebih tinggi. Dibandingkan dengan situasi dimana suku bunga masih tinggi dan perusahaan bertekad untuk membagikan dividen. “Untuk dividen, utang naik, bunga naik. Itu kartu mati,” pungkas Heru.