Masuki Rezim Suku Bunga Rendah, Sektor Saham Ini Bisa Dicermati Investor
thedesignweb.co.id, Jakarta Federal Reserve (FED) memangkas suku bunga acuan menjadi 4,75-5 persen atau 50 basis poin (bps) Di sisi lain, Bank Indonesia (BI) juga memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin 6 persen .
Menanggapi hal tersebut, Senior Equity Analyst Sinarmas Securitas Josua Zisohi menjelaskan salah satu sektor yang diuntungkan dengan penurunan suku bunga tersebut adalah sektor telekomunikasi (telekomunikasi).
Yosua mengatakan, industri telekomunikasi memiliki anggaran belanja modal (Capex) yang cukup intensif sehingga membutuhkan dana besar untuk memperluas layanan.
“Tren suku bunga yang lebih rendah akan menurunkan biaya dana.” Kesimpulannya akan lebih baik, sehingga perluasannya akan lebih mudah. Apalagi persaingan di sektor telekomunikasi cukup sehat,” kata Joshua Sinarmas dalam riset institusi. webinar pada Rabu (25/9/2024).
Yosua menambahkan, cost of fund emiten Telco akan turun karena lebih mudah mendapatkan Capex tanpa mengorbankan keuntungan.
Dalam hal jumlah pelanggan, penerbit Telco kemungkinan akan melihat pertumbuhan pada paruh pertama tahun 2024. Menurut Joshua, persaingan di industri telekomunikasi masih sehat tanpa adanya perang harga dan perebutan pangsa pasar secara masif.
Perluasan jaringan 5G
Yeosu mengatakan operator akan meluncurkan lebih banyak jaringan 5G atau 5G Plus di masa depan. Ekspansi ini akan dipimpin oleh Telkomsel seiring dengan bertambahnya jumlah pelanggan.
Namun setelah merger, Indosat memberi mereka ruang untuk bergerak dan berkesempatan melebarkan sayap sehingga menjadikan mereka terbaik kedua dalam hal coverage, jelasnya.
Tak hanya sektor telekomunikasi, Toer juga optimistis karena operator akan memperluas jaringan yang bergantung pada perusahaan menara. Hal ini akan meningkatkan permintaan menara sewa di tengah penurunan suku bunga.
“Keuntungan menara cenderung meningkat karena nilai aset cenderung menurun akibat suku bunga rendah,” tutupnya.
Dulu, pasar modal memasuki musim window dressing. Secara umum, window dressing merupakan strategi yang digunakan oleh perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor, yakni dengan memperindah laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnisnya.
Marta Cristina, Kepala Informasi Investasi Mirae Asset Sekuritas, mengatakan potensi window dressing masih ada, namun dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik signifikan, window ledge mungkin tidak terlalu ramai.
“Target IHSG dari Mirae Asset 7915, mungkin mendekati. Jadi kalau dua bulan terakhir (suku bunga IHSG) masih kencang, mungkin window covernya tidak banyak karena kenaikannya (IHSG) juga: cukup besar,” kata Marta kepada wartawan di gedung Bursa, Selasa (24/9/2024). ).
Sentimen lain yang perlu dicermati adalah peralihan pemerintahan baru pada Oktober-November 2024. Pada saat yang sama, pasar juga bisa mewaspadai pemilu di Amerika Serikat (AS), jika terjadi gejolak yang signifikan, kemungkinan terjadi window dressing, sebaliknya jika pasar relatif fleksibel , potensi window dressing sangat minim.
“Jika pasar tidak stabil maka window berpotensi mengalami dress,” jelasnya.
Sebelumnya, Mirae Asset memperkirakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bisa naik ke level 7.915 dan sektor ritel akan menunjukkan hasil positif pada kuartal IV 2024.
Perkiraan tersebut dapat terwujud ketika Bank Indonesia menerapkan kebijakan penurunan suku bunga sebelum akhir tahun. Penurunan suku bunga diharapkan dapat memperkuat daya beli masyarakat dan mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga.
Menjelang akhir tahun, sejumlah peristiwa menarik terjadi. Misalnya, pusat perbelanjaan menawarkan diskon besar-besaran. Fenomena menarik rupanya juga terjadi di pasar modal, yakni window dressing.
Mengutip berbagai sumber, window dressing merupakan strategi yang digunakan perusahaan dan manajer investasi untuk menarik investor dengan memperindah laporan atau kinerja keuangan dan portofolio bisnisnya.
Hal ini dimaksudkan untuk meyakinkan investor agar mempertimbangkan perusahaan tersebut sebagai tujuan investasi pasar saham.
Faktor-faktor yang mempengaruhi window dressing adalah ramalan yang terwujud dengan sendirinya atau ekspektasi dan prediksi masyarakat. Selain penerbit, penulis window dressing lainnya adalah manajer investasi.
Manajer investasi memanfaatkan windows untuk meningkatkan kinerja pengelolaan reksa dana sehingga nampaknya membuahkan hasil yang positif. Dengan demikian, membantu menjaga citranya di hadapan investor dan pihak yang menggunakan jasanya.
Biasanya harga saham akan menguat pada bulan Januari tahun berikutnya, yang disebut juga dengan efek Januari.
Sebagian besar saham-saham yang mengalami window dressing tergolong dalam prime mover IHSG atau large caps.
Efek window dressing biasanya ditunjukkan dengan peningkatan jumlah saham lebih dari 5-10 persen hanya dalam satu hari perdagangan.
Sebut saja, sebelumnya Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menilai prospek indeks LQ45 dan pasar sahamnya bagus untuk kuartal IV 2021. Hal ini antara lain didukung oleh fenomena window dressing.
“Prospek indeks LQ45 dan saham-sahamnya pada kuartal keempat bagus. Karena secara historis mayoritas meningkat: “Apalagi di akhir tahun, karena akan ada window dressing,” ujarnya kepada thedesignweb.co.id.