Bisnis

THE NEWS Mau Bulan Depan Tak Deflasi Lagi? Coba Cara Ini

thedesignweb.co.id, Jakarta – Selama lima bulan berturut-turut, Indonesia mengalami penurunan inflasi. Fenomena deflasi ini perlu dianalisis dari dua sudut pandang ekonomi, yaitu permintaan dan penawaran, agar dapat mencapai hasil yang lebih utuh.

Dari sisi permintaan, indikator perekonomian menunjukkan daya beli masyarakat semakin menurun. Pada bulan Agustus 2024, LPEM UI melaporkan bahwa lebih dari 8,5 juta penduduk Indonesia telah diturunkan peringkatnya sejak tahun 2018. Selain itu, Administrasi Umum Pajak juga mengungkapkan penerimaan pajak masyarakat kelas menengah masih menurun, hanya mencapai sekitar 1% dari total penerimaan pajak. . .

Analis Ekonomi Kamar Dagang Indonesia (Apindo), Analis Ekonomi Apindo, Apindo, Daya beli masyarakat yang merupakan faktor konsumsi merupakan penopang penting bagi pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah harus segera memberikan insentif khusus untuk menjaga daya beli kembali. 

Ada tiga hal utama yang perlu diprioritaskan dalam kebijakan untuk memperlambat penurunan inflasi yang cepat, ujarnya. Yang pertama adalah kebijakan fiskal. Kuartal keempat ini menjadi landasan perekonomian kita memasuki tahun 2025, dimana pemerintah hanya mempunyai ruang fiskal yang sangat sedikit untuk menggunakan kebijakan fiskal sebagai pengatur perekonomian, karena pemerintah membutuhkan anggaran yang besar untuk kebutuhan APBN. 

Ezbi mengatakan pada Senin (7/10/2024): “Kondisi ini menciptakan kebijakan yang merugikan perekonomian dan daya beli. Contohnya adalah narasi dan kebijakan kenaikan tarif pajak pertambahan nilai menjadi 12% pada 1 Januari 2025.

Ajib menilai, kondisi ini patut menjadi pertimbangan pemerintah, karena masih banyak pilihan untuk memperbaiki kondisi keuangan pemerintah tanpa membebani masyarakat secara umum.

Yang kedua adalah kebijakan moneter. Pada bulan September, Bank Indonesia (BI) menyesuaikan suku bunga acuannya menjadi 6 persen. Dunia usaha memperkirakan BI akan kembali melakukan revisi pada kuartal keempat, misalnya dengan memotong sebesar 25 basis poin.

Ia menjelaskan: “Dengan suku bunga acuan di bawah 6 persen, potensi likuiditas akan lebih banyak mengalir ke sistem perekonomian Indonesia dan daya beli masyarakat akan meningkat ketika bank juga ikut menurunkan suku bunga kredit.” 

Ketiga, kebijakan investasi yang lebih berkualitas dan mampu menarik tenaga kerja. Hal ini sejalan dengan konsep ekonomi yang termasuk dalam program Asta Cita pemerintahan Prabowo, yaitu penciptaan lapangan kerja. 

Beliau menyatakan: Penciptaan lapangan kerja yang luas merupakan prasyarat bagi pertumbuhan ekonomi di masa depan. Pengangguran yang sudah mencapai 7 juta orang, sebaiknya diserap dengan kebijakan investasi tenaga kerja.

Di sisi lain, ia mengatakan kuartal keempat menjadi momentum positif untuk kembali mendongkrak daya beli secara keseluruhan. Perhelatan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak di 38 provinsi, 416 provinsi, dan 98 kota di Indonesia menjadi penggalangan dana yang signifikan.

Dia menjelaskan, alokasi APBN 2024 tidak kurang dari 30 miliar untuk pemilu. 

Artinya peredaran uang akan mengalir langsung ke masyarakat dalam bentuk barang dan uang. Partisipasi pilkada serentak diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan I tahun 2024, begitu pula dengan peningkatan lebaran.

Pada akhirnya, kata dia, kuartal keempat menjadi insentif bagi pertumbuhan ekonomi yang lebih agresif dengan motivasi pilkada serentak. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *