Melatih Anak Mandiri di Toilet, Kunci Hindari Penyakit Infeksi dan Stres Keluarga
thedesignweb.co.id, Jakarta. Setiap anak memiliki waktu yang berbeda-beda untuk memulai toilet training. Namun, menunda toilet training juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada anak
Anggota Kelompok Kerja Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Unit Pertumbuhan dan Perkembangan Sosial Anak, Dr. Mehta Pingkan Esther Spa (K).
Mehta menemukan bahwa menunda toilet training juga menghambat anak untuk buang air besar. Anak-anak mungkin mengalami sembelit serta masalah dalam mencapai dan mempertahankan kontrol kandung kemih
Kemudian, pelatihan toilet yang tertunda juga dapat menimbulkan stres bagi orang tua, anggota keluarga, staf penitipan anak, dan guru sekolah.
Kehadiran anak-anak yang belum terlatih menggunakan toilet untuk buang air kecil atau besar dapat menambah beban kerja petugas tempat penitipan anak dan taman bermain, kata Mehta, mengutip Antara.
Tujuan pelatihan toilet
Anak dilatih menggunakan toilet agar mampu buang air kecil dan membersihkan toilet secara mandiri.
“Ada dua tujuan utama toilet training,” kata Mehta. Pertama, mengenalkan anak pada kepekaan buang air kecil dan mempelajari tata cara buang air kecil dan membersihkan toilet.
Misalnya, ketika anak merasa ingin buang air kecil, dia ke toilet, dia duduk di toilet lalu buang air kecil, lalu dia membersihkan diri, menyiram toilet, mencuci tangan, dan sebagainya, ”ujarnya.
Faktanya, anak-anak dilatih untuk menguasai semua etika dalam mengenakan celana sendiri dan pergi ke toilet.
Anak non autis mulai toilet training pada usia 12-36 bulan. Pada tahap ini anak mengeksplorasi lingkungan dengan cepat dan ada juga tahap anal yaitu tahap toilet training.
Kemudian pada usia 24 bulan, bayi sudah bisa berbicara, memahami pembicaraan, dan berkomunikasi dengan normal.
Keterampilan kognitif dan emosional yang diperlukan untuk toilet training, lanjutnya, berkembang saat anak berusia 18 hingga 30 bulan.
“Banyak literatur yang menyebutkan rata-rata usia toilet training pada anak tanpa autisme adalah dua tahun enam bulan,” kata Metha.
Penting untuk diingat bahwa usia tidak dapat dijadikan kriteria dalam menentukan kapan seorang anak sebaiknya memulai toilet training, mengingat setiap anak memiliki laju perkembangannya masing-masing.
Mehta menjelaskan, perlu ada program toilet training yang bertujuan untuk mengajarkan anak buang air kecil di toilet dan buang air kecil saat tidak di toilet.
Program latihan yang dimaksud adalah:
1. Bawa anak ke toilet setiap 90 menit, jika ia tidak buang air kecil interval berikutnya adalah 60 menit. Jika Anda berhasil buang air kecil, atur ulang untuk kembali ke kamar mandi setelah 90 menit.
“Ajari anak untuk menunggu buang air kecil setelah dibawa ke toilet,” kata Mehta.
2. Setiap 3 menit sekali, berikan penguatan positif agar anak dapat duduk dengan benar di toilet.
Hal ini dapat dilakukan dengan cara orang dewasa menyanyikan lagu atau membaca buku atau bermain dengan mainan. Namun, jangan ikut bermain sampai ia lupa bermain.
Mehta menyatakan bahwa jika anak mereka berhasil melewati tahap toilet training, orang tua akan mengapresiasinya karena menganggapnya sebagai tonggak penting dalam perkembangan anak mereka.
Jika anak Anda sudah terlatih menggunakan toilet dan tidak mampu menahan bangkunya, apa yang harus ia lakukan sebelum ke toilet?
Mehta meminta para orang tua mengajak anaknya membersihkan urin yang ada di lantai.
“Jangan untuk menghukum anak-anak. Itu dilakukan agar anak-anak merasakan akibat yang wajar dan kecelakaan itu tidak terjadi lagi,” ujarnya.
Jika Anak Anda Banyak Kecelakaan, Metha Sarankan Persingkat Jadwal Toiletnya Sehingga Kurang dari 90 Menit Dia Disuruh Ke Kamar Mandi