Melihat Pembangunan Prototype VMARS, Analog Mars Pertama Asia Tenggara di Kampung Alien Yogyakarta
Liputan6.com, Yogyakarta – Seperti kita ketahui, banyak analogi Mars di dunia internasional, seperti HI-SEAS di Mauna Loa – Hawaii oleh NASA, MDRS di Utah, Mars Society, IBMP di Moskow MARS-500. Hasil kerjasama antara Rusia, ESA dan China. Kemudian D-Mars di Kawah Raman, Israel, F-Mars di Pulau Devon – Kutub Utara oleh Mars Society dan Stasiun Concordia di Antartika – Kutub Selatan oleh Perancis – Polar Institute of France and Italy (ESA).
Kini Indonesia sedang mengembangkan VMARS, analog Mars dengan modul tropis dan dibangun di kawasan pedesaan atau pusat desa. Ide VMARS digagas oleh Indonesia Space Science Society (ISSS) pada tahun 2011. Didirikan pada tahun 2015 di Yogyakarta. Perancangan untuk mengembangkan prototipe VMARS telah dimulai sejak tahun 2020 dan telah dipresentasikan di banyak negara di dunia.
Proses panjang pembangunan fasilitas pelatihan analog Mars atau simulasi kehidupan pertama di Mars di Asia Tenggara yang disebut “v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station” (VMARS) berlanjut dengan berbagai pengujian dan koreksi. Model pertama ini dirancang dan dibangun di Jokapok, Nangulan, Yogyakarta.
Setelah dipresentasikan pada Yokohama Triennale di Jepang pada tahun 2020, VMARS akan dipamerkan di Bangkok Art Biennale (BAB) pada tahun 2021 dengan judul “MARS IS (NOT) A SIMULATION – A Frightening Paradox After The Mission”.
Pada tahun 2022, VMARS akan dipresentasikan pada Forum Kota Kreatif Seni Media UNESCO di Korea Selatan.
Setelah Korea, Pameran Seni Teknologi Internasional VMARS, Mediator Asia, datang ke Taiwan yang diadakan di Museum Seni Rupa Nasional Taiwan. Ia kemudian melanjutkan dengan serangkaian presentasi di Perancis, Jerman, Singapura dan Amerika.
Baru-baru ini, pameran tersebut bertajuk ‘Mars: The Red Mirror’ dan merupakan pameran pertama tentang Mars yang digelar di Asia Tenggara pada tahun 2023-2024. Pameran di Museum Seni dan Sains Singapura ini menghadirkan objek-objek yang meliputi sejarah penglihatan, seni dan desain, serta pencapaian dan kemajuan inovasi teknologi masa depan di Mars. Salah satunya adalah proyek VMARS dari Indonesia.
Proses perancangan dan pengembangan mulai dari prototype atau prototipe hingga realisasi pengembangan VMARS selalu mengedepankan kolaborasi. Kerja sama ini melibatkan 5 komponen: komunitas ilmu antariksa, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, pemerintah, profesional dan pakar, serta pihak swasta.
Venza Christos, selaku Direktur ISSS, VMARS merupakan satu-satunya program eksplorasi luar angkasa yang berfokus di Mars, yang pengembangan dan pengelolaannya dilakukan bersama oleh komunitas multidisiplin.
Alien Village adalah laboratorium alam terbuka yang berfokus pada ruang pendidikan publik di bidang astronomi, ilmu antariksa, dan eksplorasi ruang angkasa. Program unggulan “Space Science Club” menampilkan ceramah astronomi gratis dan inklusif oleh beberapa pakar dari berbagai institut, perkumpulan, dan universitas.
Program utama VMARS tahap pertama meliputi terraforming (V-TF), promosi pertanian luar angkasa (V-SFM) dan penciptaan makanan luar angkasa alternatif (V-SF). Sedangkan luarannya berupa program multidisiplin antara lain penelitian radio astronomi, pemahaman radiasi benda langit, promosi arsitektur antariksa, program pendidikan antariksa kooperatif, penciptaan pangan alternatif antariksa, pengembangan teknologi pertanian antariksa, dan kehidupan di luar bumi. Penelitian kehidupan.
Menurut Wenza Christ, VMARS merupakan simbol Indonesia dalam pencarian Mars. Beberapa negara telah menjadikan misi Mars sebagai salah satu proyek besarnya antara lain Amerika Serikat (NASA), Uni Emirat Arab (UAESA), Rusia (ROSCOSMOS), India (ISRO), Uni Eropa (ESA), Jepang (JAX), dan China (CNA) pada tahun 60an. Mengingat Rusia dan Amerika telah memimpin dengan kendaraan penjelajah/robot yang sukses, negara-negara ini berlomba untuk mencapai Mars.
Wenza Christ Pada tahun 2018, ia menjadi orang Indonesia pertama dan satu-satunya yang mengikuti pelatihan simulasi kehidupan di Mars di Mars Desert Research Station (MDRS) milik Mars Society di Amerika Serikat dan mengikuti penelitian isolasi manusia di Antartika. 2019 sebagai Field Assistant in Space Engineering (SHIRASE) yang berbasis di Jepang.