Menanti Data Inflasi AS, Simak Rekomendasi Saham Pekan Ini 12-16 Agustus 2024
thedesignweb.co.id, Jakarta – Pasar saham pada pekan ini diwarnai dengan banyaknya data penting dari Amerika Serikat (AS) dan China. Selama jam kerja 12-16. Per Agustus 2024, angka data ekonomi yang patut diperhatikan adalah US PPI dan US CPI. PPI AS mengukur perubahan harga yang diterima produsen, khususnya dalam hal harga bahan mentah.
“Jika bahan baku menjadi lebih mahal, kemungkinan perusahaan akan menaikkan harga produknya dan menyebabkan inflasi di sisi konsumen,” kata Analis Modal Indo Prime Sekuritas (IPOT), Imam Gunadi, Senin (8/12/2024). .
Selain kelompok produsen, AS juga akan merilis data inflasi konsumen atau CPI bulan Juli. Data CPI AS dirilis pada Rabu (VIB) pekan ini. Dari sisi konsensus, kita melihat CPI diproyeksikan melambat menjadi 2,9% (y-o-y) dan CPI inti juga diproyeksikan melambat menjadi 3,2% (y-o-y).
“Jika inflasi AS sesuai konsensus atau lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya, maka hal ini bisa menjadi sentimen positif bagi pasar dan kemungkinan besar The Fed akan menurunkan suku bunganya sebesar 50 basis poin pada Mei September 2024,” jelas Imam. . Data Kannada
Selain data Amerika, perlu juga mempertimbangkan data Tiongkok dan Indonesia, seperti data tingkat pengangguran yang secara konsensus diperkirakan turun menjadi 5% dari sebelumnya 5,1%.
Jika tingkat pengangguran lebih rendah dari periode sebelumnya atau lebih rendah dari konsensus, hal ini dapat menjadi sentimen positif bagi pasar, khususnya bagi IHSG.
Melihat data perekonomian tersebut, PT Indo Premier Sekuritas pekan ini menyajikan saham-saham yang menarik untuk diperdagangkan pada periode 12-16 Agustus 2024 sebagai berikut:
1. Beli ITMG (Support 26.250, Resistance 27.450)
Harga batu bara Newcastle naik menjadi US$145 per ton, harga tertinggi baru dalam 3 bulan. Kenaikan harga minyak ini juga tidak mempedulikan kemajuan perekonomian di China dan tentunya akan menjadi angin segar bagi pemasok batu bata, salah satunya ITMG yang memiliki salah satu pangsa penjualan batu bara terbesar ke China.
2. Beli saat ASII mundur (support 4.590, resistance 4.880)
Stabilitas perekonomian Indonesia yang masih bisa tumbuh di atas 5% atau lebih dari 5% juga didukung data lain yang membuat investor asing mencatatkan net beli sebesar Rp 1,2 triliun pasca aksi jual pada Senin lalu.
Salah satu data yang menarik adalah penjualan mobil dan sepeda motor yang mulai membaik secara signifikan, serta membaiknya perekonomian Tiongkok, akan menjadi sentimen positif bagi kinerja ASII yang juga akan tercermin pada price action. Usai lelang Senin kemarin, ASII sendiri mencatatkan total pembelian sebesar Rp 211 miliar atau terbesar kedua setelah BMRI.
3. Beli saat breakout BBNI (Support 5.00, resistance 5.500)
Pada Jumat, saham BBNI mencatatkan pembelian bersih di luar negeri sebesar Rp 36,9 miliar. Hal ini juga disebabkan oleh data perekonomian Indonesia yang kuat. Membaiknya kondisi perekonomian khususnya di Indonesia juga akan menjadi tren positif bagi sektor perbankan. Hal ini akan mempengaruhi kualitas aset dan CKPN di masa depan yang dapat mempengaruhi bottom line perusahaan.
Pada perdagangan 5-9 Agustus 2024 pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedikit terkoreksi sebesar 0,76% dan mencatat total pembelian asing sebesar Rp 602,1 miliar. Kami melihat 2 pecundang terbesar adalah IDKS BASIC yang disesuaikan sebesar 3,11% dan IDKS ENERGY 2,19%. IHSG terkoreksi tipis berkat 2 gainer terbesar yaitu IDKS PROPERTY yang naik 1,44% dan IDKS HEALTH sebesar 0,72%.
Sebelumnya, di awal pekan, IHSG mengalami koreksi cukup dalam yakni 3,40%. Imam Gunadi mengatakan, dalam jangka menengah atau Maret hingga saat ini, IHSG berpotensi membentuk pola bullish yakni perubahan head and shoulder setelah sempat mengalami penolakan di area support 6998 – 7024 dan akan meninjau kembali resistancenya di area 7348 – 7380.
“Dalam jangka pendek, IHSG saat ini kembali diperdagangkan di atas EMA5. Jika IHSG mampu bertahan di atas EMA5, maka IHSG berpeluang menguji resistance terdekat di 7.300 dengan support di 7.200,” jelasnya.
Imam menambahkan, banyak faktor yang mempengaruhi bisnis pada pekan lalu. Pertama, Bank of Japan bersikap hawkish. Bank of Japan secara mengejutkan menaikkan suku bunganya sebesar 15 basis poin dari sebelumnya 0,1%, naik menjadi 0,25% pada akhir Juli 2024. Sebelumnya, pada bulan Maret, Bank of Japan justru menaikkan suku bunganya dari sebelumnya. satu. tingkat – 0,1% hingga 0,1%.
“Kenaikan suku bunga ini memberikan efek domino terhadap perekonomian Jepang. Kami melihat dampaknya pada Nikkei 225 dan TOPIX yang mengalami koreksi >12%,” jelas Imam.