Menanti Hilal Pemangkasan Suku Bunga, Bagaimana Prospek Sektor Batu Bara?
thedesignweb.co.id, Jakarta Sinyal penurunan suku bunga The Fed semakin menguat jelang kuartal IV 2024.
Penurunan lebih lanjut dalam inflasi AS dapat memberikan fleksibilitas lebih besar bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.
Tim analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia memperkirakan The Fed akan memangkas Fed Funds Rate (FFR) menjadi 5,25% pada 25 September, dengan kemungkinan penurunan lanjutan sebesar 25 basis poin pada November atau Desember menjadi 5,0%.
“Berdasarkan analisa kami, penurunan dan pelemahan indeks dolar AS (DXY) akan berdampak positif terhadap harga minyak. Analisis sensitivitas kami menunjukkan bahwa kenaikan DXY sebesar 1 poin dapat menyebabkan penurunan harga minyak sebesar 1,2% per tahun. berjalan.
“Meskipun hubungan terbalik ini jelas, faktor-faktor seperti dinamika sisi permintaan, risiko geopolitik, dan spekulasi dapat mempengaruhi harga minyak,” kata Analis Mira Active Securities Indonesia Rizkia Darmawan, Senin (9/9/2024).
Secara keseluruhan, Mirae Asset Sekuritas di Indonesia memperkirakan bahwa harga minyak akan berfluktuasi antara $70 dan $80 per barel pada tahun 2025, setelah rata-rata $85 per barel pada tahun 2025. Karena penurunan produksi OPEC+ dan meningkatnya permintaan dari Tiongkok dan India, kebijakan energi AS dapat membatasi pertumbuhan produksi. .
Pada saat yang sama, impor batu bara Tiongkok telah menurun karena pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat setelah booming pada tahun 2023. Namun demikian, permintaan batu bara Tiongkok diperkirakan akan tumbuh sebesar 12% tahun-ke-tahun pada tahun 2024, dengan potensi penurunan pada tahun 2025.
Di sisi lain, pelemahan dolar dan peningkatan produksi energi panas diperkirakan terjadi di Asia Tenggara hingga tahun 2025.
Dengan minyak mentah Brent diperkirakan berkisar antara $70-80 per barel, Mirae Asset Sekuritas memperkirakan harga acuan batubara Newcastle akan berada di kisaran $130 per ton, yang menunjukkan dampak moderat terhadap perusahaan batubara.
Oleh karena itu, pertumbuhan volume dan efisiensi biaya akan tetap menjadi pendorong penting bagi industri batubara Indonesia pada tahun depan.
“Mengingat dinamika perdagangan yang diamati, kami yakin pendorong utama bagi perusahaan pertambangan Indonesia tahun depan adalah pertumbuhan volume dan efisiensi biaya, itulah sebabnya kami mempertahankan peringkat netral pada sektor ini,” kata Rizkia.
Untuk sektor batubara baru, Mirae Asset Sekuritas Indonesia lebih memilih saham ADRO karena ada baiknya memanfaatkan faktor tersebut. Rasio penarikan (SR) yang rendah memastikan biaya tunai terendah di industri, dan peralihan dari PKP2B ke IUPK menawarkan manfaat tambahan berupa royalti dan pajak.
“Kami merevisi target harga ADRO menjadi Rp 3.650 per saham,” kata Rizkia.
Revisi ini mencerminkan kinerja keuangan ADRO terkini. Perkiraan pendapatan terbaru Mirae Asset untuk tahun fiskal 2024 adalah $5,85 miliar, atau pertumbuhan 8,6%, dengan laba bersih $1,42 miliar, atau pertumbuhan 25,6%.
Untuk tahun fiskal 2025, Mirae Asset meningkatkan panduan pendapatannya sebesar 7,2% menjadi $5,73 miliar, mencerminkan ASP dan volume penjualan yang lebih tinggi, sekaligus menyesuaikan biaya tunai karena tarif royalti IUPK baru dan perubahan pajak.
Hasilnya, TP kami ditingkatkan menjadi Rp3.650 per saham berdasarkan harga/pendapatan 5,2x (rata-rata lima tahun saham adalah -0,5 SD). Karena kenaikan yang terbatas, kami mempertahankan rekomendasi Hold kami. jelas Rizkia.
Posisi keuangan ADRO yang kuat menunjukkan perseroan mempertahankan rasio pembayaran dividen sebesar 40-50%, yang berarti dividen per saham sebesar Rp305-380, dengan imbal hasil 9-11% pada harga saham saat ini. Secara historis, ADRO telah membagikan dividen interim pada akhir tahun sehingga memberikan nilai tambah bagi pemegang saham.