Mengapa Gula dan Garam Perlu Dibatasi dalam MPASI?
thedesignweb.co.id, Jakarta – Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI, Dr. Dear Daisy, MKM mengatakan, penggunaan gula dan garam pada MPASI bayi sebaiknya dibatasi.
Rekomendasi sesuai pedoman gizi bayi dan anak yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 adalah membatasi penggunaan gula dan garam dalam MPASI, jelasnya di Jakarta. Batasan gula dalam MPASI
Daisy menjelaskan, untuk anak di bawah usia dua tahun, asupan gula tambahan tidak boleh melebihi 5 persen dari total kalori harian.
“Asupan gula yang dianjurkan adalah gula alami, seperti yang terdapat pada buah segar, bukan jus buah atau produk dengan tambahan pemanis,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan, gula pada makanan yang mengandung karbohidrat sederhana sudah banyak sehingga tidak perlu menambahkan gula pada MPASI. Sebagai alternatif penambah rasa, orang tua bisa menggunakan bahan-bahan alami seperti tomat, bawang bombay, jahe atau bumbu lainnya. Kebutuhan akan garam yang aman
Penggunaan garam dalam MPASI juga memerlukan perhatian khusus. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 28 Tahun 2019 tentang Angka Kecukupan Gizi, kebutuhan natrium harian anak usia 6-12 bulan adalah 370 mg, sedangkan anak usia 1-3 tahun adalah 800 mg per hari.
“Jadi kebutuhan garam pada anak usia 6-23 bulan kurang dari 1 gram per hari,” jelas Daisy.
Ia menjelaskan, kebutuhan natrium sebenarnya bisa dipenuhi dari makanan segar.
Beberapa contoh kandungan natrium pada makanan berdasarkan Tabel Komposisi Pangan Indonesia (2020) antara lain: 100 gram daging ayam segar: 109 mg 100 gram hati ayam segar: 1.068 mg 100 gram ikan teri segar: 554 mg 100 gram telur ayam kampung: 190 mg
Saat bayi berusia satu tahun, MPASI bisa berasal dari makanan keluarga. Namun, Daisy menyarankan untuk memisahkan makanan terlebih dahulu sebelum menambahkan bumbu seperti gula, garam, atau penyedap rasa.
“Anjuran pola makan seimbang secara umum juga menganjurkan pembatasan penggunaan gula, garam, dan minyak, sehingga makanan keluarga harus rendah gula dan garam,” ujarnya.
Ia juga mengutip pedoman global dari UNICEF dan WHO, yang merekomendasikan untuk menghindari tambahan gula dan garam pada makanan dan minuman siap saji di rumah.
Penggunaan gula dan garam yang berlebihan pada MPASI mempunyai risiko kesehatan jangka panjang. “Gula dapat menyebabkan asupan energi berlebih sehingga berisiko menyebabkan obesitas dan kerusakan gigi,” kata Daisy.
Selain itu, ginjal bayi belum mampu mencerna garam dalam jumlah besar seperti orang dewasa. Kelebihan natrium dapat menyebabkan penurunan fungsi ginjal dan preferensi terhadap makanan asin di kemudian hari.
Terlalu banyak gula dan garam saat MPASI dapat mempengaruhi preferensi rasa anak sehingga berpotensi menyebabkan pola makan tidak sehat di kemudian hari, tutupnya.
Kesimpulan Pembatasan gula dan garam pada MPASI bukan hanya sekedar nutrisi saat ini, namun juga investasi pada kesehatan anak di masa depan. Dengan menggunakan bahan-bahan alami untuk menambah cita rasa dan memperhatikan kebutuhan nutrisi sesuai usia, orang tua dapat memberikan landasan yang kuat bagi tumbuh kembang si Kecil.