Mengejawantahkan Suara dengan Karya Seni, Devialet Kolaborasi dengan Seniman Lokal
thedesignweb.co.id, Jakarta – Brand speaker kembali mengajak kolaborasi dengan seniman lokal untuk menciptakan karya seni yang unik. Kali ini brand speaker Devialet Indonesia menggandeng Emte, Tutu dan As Far as the Eye untuk berkolaborasi dalam bidang gambar dan dekorasi pada speaker. .
Karya ini ditampilkan dalam program Sound & Vision, sebuah inisiatif budaya inovatif yang menggabungkan teknologi suara kelas dunia dengan seni kontemporer. Acara spesial ini akan diadakan antara tanggal 17 hingga 18 Desember 2024 di The Residence ONFIVE, Grand Hyatt Jakarta.
Melanjutkan kesuksesan kerja sama global sebelumnya Selain berkolaborasi dengan seniman Tiongkok YangBao dan Wa Liu untuk merayakan Tahun Baru Imlek 2024, Devialet Indonesia kini berkolaborasi dengan tiga seniman berbakat Indonesia: Emte, Tutu dan Sejauh Mata Bisa Melihat .
Bersama-sama mereka mengubah pembicara unik Devialet menjadi sebuah karya seni yang unik. Menghadirkan pengalaman indrawi melalui suara murni dan interpretasi kreatif, Sound & Vision adalah cara Devialet dalam mendukung kreasi artistik. Sekaligus menunjukkan keselarasan antara teknologi audio canggih. Desain elegan dan kreativitas visual
“Dengan mengundang seniman-seniman berbakat untuk membawa dunia kreatifnya ke Phantom, pembicara kami akan menjadi suara mereka yang mencerminkan perasaan mereka,” kata Martin Ku, General Manager Devialet APAC, saat konferensi pers di Jakarta, Selasa, 18 Desember 2024.
Ia mengaku yakin bahwa suara adalah cara unik untuk menyampaikan makna, emosi, sejarah, dan imajinasi. “Proyek ini adalah contoh bagus dari keyakinan tersebut,” lanjutnya.
Freddie Beh, perwakilan dari Devialet Indonesia menambahkan, kemitraan ini merupakan bukti kolaborasi antara teknologi maju dan kreativitas seniman Indonesia yang dinamis. “Melalui Sound & Vision, kami ingin memberikan pengalaman yang imersif dan bermakna.”
Menurutnya, kolaborasi ini tidak hanya meningkatkan apresiasi terhadap seni dan suara. Namun mereka juga memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat setempat. Mereka bangga mendukung inisiatif inspiratif tersebut.
Lalu apa yang dilakukan para artis lokal ini? Dikenal dengan karya seninya yang dinamis dan mengalir, nama asli Emte adalah Mohammad Taufiq Karya Emte menangkap keindahan kekacauan yang terorganisir.
“Di Sound & Vision, dia mengecat panel samping dan speaker pohon dengan desain yang terinspirasi dari nilai-nilai inti Indonesia. yang merupakan gotong royong,” kata Emte dalam kesempatan yang sama.
Sementara itu, Tutu sebagai pionir seni jalanan Karyanya yang berani dan penuh warna telah menjadi sensasi global. Di Sound & Vision, ia menampilkan model Mega Mendung khas Cirebon dengan warna-warna cerahnya.
Devialet juga mengundang Chitra Subiyakto, otak di balik brand fesyen Sejauh Mata Bisa Melihat. Ia tidak melukis atau berkarya dengan menggunakan narasumber dari Devialet Indonesia, melainkan membuat cover yang estetis untuk ditampilkan layaknya seni kontemporer.
Mata Memandang terkenal dengan interpretasi modern terhadap tekstil tradisional Indonesia. Untuk Sound & Vision, ia mendesain pola Clover pada sampul speaker Phantom, melambangkan hubungan harmonis antara masa lalu dan masa kini.
“Saya ketemu Chitra di Jakarta Fashion Week. Beberapa kali ketemu dan ngobrol,” kata Freddie dari Devialet Indonesia yang mengaku memilih Chitra karena menurutnya As Far As the Eye Can See adalah brand yang bertujuan untuk bervariasi dari Since kemudian awalnya dan merasa bahwa uraian tugasnya dapat menyampaikan pesan Devialet.
Sound & Vision berupaya untuk mendefinisikan kembali pengalaman mendengarkan dengan menggabungkan estetika dan teknologi Devialet dengan kekayaan penceritaan visual seni Indonesia. Pembicara khusus ini mengajak penonton untuk merasakan suara tidak hanya melalui pendengaran. tetapi juga melalui tatapan mata yang menciptakan pengalaman artistik yang mendalam.
Emte menggambar dua speaker, Tutu menggambar satu speaker, dan Chitra membuat beberapa cover speaker. Dalam kerja sama ini, hasil penjualan acara ini akan disumbangkan ke Yayasan Musik dan Sastra Indonesia yang dipimpin oleh Ananda Sukarlan, sebuah yayasan musik lokal yang didedikasikan untuk mendukung seniman dan musisi muda Indonesia.
Inisiatif ini mencerminkan komitmen Devialet sejak awal untuk menghadirkan teknologi canggih untuk mendukung penciptaan seni. dan menjadi penguat seni. Soal proses pengerjaan, baik Emte maupun Tutu yang hadir dalam jumpa pers mengatakan hal itu bisa selesai dalam waktu dua minggu.
“Cuacanya menantang. Karena kita melakukannya di luar,” kata Tutu.
Sementara itu, Emte mengaku sempat melakukan trial and error sebelum menggunakan brush pada speaker Devialet. Baginya, kolaborasi ini memberinya pengalaman baru. Seni sering diterapkan pada kanvas dan benda dengan permukaan halus. Senada, Tutu mengaku tertantang saat diajak bekerja sama dengan Devialet.