Teknologi

Menkomdigi di AI Action Summit: Tata Kelola AI harus Berlandaskan Keadilan hingga Keamanan

thedesignweb.co.id, Jakarta – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkigi) Meutya Hafid mengkonfirmasi penggunaan Indonesia dalam membangun manajemen kecerdasan buatan yang inklusif dan seimbang.

Pada pertemuan menteri anggota GPAI dan negara -negara menarik yang merupakan bagian dari KTT Aksi AI, yang berlangsung di Paris, Meutya menekankan peran strategis Indonesia dalam menjembatani kepentingan negara -negara berkembang dan negara -negara maju di AI di seluruh dunia.

Menurutnya, Indonesia percaya bahwa pemerintahan AI harus didasarkan pada prinsip -prinsip keadilan, inklusivitas dan keamanan.

“Indonesia berpendapat bahwa kebijakan AI global harus mencerminkan kepentingan semua negara, tidak hanya negara -negara maju, tetapi juga memperhatikan realitas negara -negara berkembang seperti Indonesia,” kata Meutya Hafid dalam komentarnya di Kementerian Urusan Eropa dan Prancis yang dikutip dari pernyataan resminya (11/2/20/20).

Pertemuan tersebut dihadiri oleh Presiden Prancis Emmamual Macron, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau, Menteri Luar Negeri Prancis Jean-Noel Barrot, Menteri Digital Prancis Clara Chappaz, Menteri Luar Negeri Serbia Marko Uri, serta komunikasi dan menteri digital negara-negara anggota dan mitra mereka.

Dalam forum Indonesia ini, ia menekankan pentingnya pendekatan inklusif dalam Dewan AI global, yang sejalan dengan topik utama pertemuan tersebut, yaitu peran GPAI dalam membangun AI administrasi global yang inklusif.

 

Indonesia juga mendukung upaya untuk memperkuat koordinasi internasional dalam pengembangan AI, yang berfokus pada kepentingan publik dan sumur sosial.

“AI adalah kekuatan transformasi dalam ekonomi global, tetapi kita harus memastikan bahwa tidak ada negara yang tertinggal dalam revolusi digital ini. Indonesia akan terus memainkan peran aktif dalam diskusi AI di seluruh dunia, yang menjamin AI yang aman, etis dan inklusif untuk semua, ”kata Meutya Hafidid.

Indonesia mendorong kebijakan AI untuk mematuhi prinsip -prinsip keadilan, inklusivitas dan keamanan dan memastikan bahwa AI dapat digunakan sebagai bantuan untuk pembangunan berkelanjutan.

“Kehadiran Indonesia di forum ini tidak hanya untuk mendapatkan tempat dalam diskusi global, tetapi juga untuk memastikan bahwa kebijakan AI di dunia mencerminkan kepentingan negara -negara berkembang. AI harus dikendalikan oleh prinsip -prinsip yang ditempatkan orang sebagai pusat inovasi,” kata Meutya.

Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomigi), Meutya Hafid, yang mewakili Prabowo Subianto, tinggal di tempat ini di Paris, Prancis dalam bahasa Prancis, tingkat tinggi kampanye kecerdasan buatan (AIAS).

Atas dasar informasi yang diterima, pada hari Sabtu (2. 2. 2015), konferensi tersebut adalah forum internasional yang menghubungkan lebih dari 100 negara, termasuk kepala negara, menteri, CEO perusahaan dan para pemimpin organisasi internasional.

Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengirim undangan kepada presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto hidup langsung dengan AIAS, yang merupakan kepala tingkat tinggi negara. 

Selain berpartisipasi dalam AIA, Menteri Komunikasi dan Informasi telah diminta dari UNESCO untuk menyajikan metodologi penilaian kesiapan atau “metode evaluasi kesiapan”, yang akan berlangsung pada 10 Februari 2025.

Seri AIA dimulai pada 6 Februari 2025, dengan jamuan peserta di Istana Elysee dan segmen tingkat tinggi di Grand Palais.

Diskusi dan acara yang berbeda akan diadakan dalam beberapa hari, termasuk hari ilmiah 6-7. Februari, akhir pekan budaya pada 8-19. Februari, serta diskusi tentang meja bundar dan kepala negara pada 10 Februari. Sorotan acara akan diikuti oleh para pemimpin pleno dan penutupan 11 Februari.

Kemungkinan berpartisipasi dalam ekosistem AI global akan lebih terbuka jika Indonesia memiliki peraturan yang benar dalam pengembangan teknologi.

Kerjasama antara pemerintah, industri, akademisi dan masyarakat sangat penting untuk menciptakan kebijakan optimal dalam penggunaan dan pengembangan kecerdasan buatan.

“Keterlibatan proaktif dari semua pihak yang berpartisipasi dalam peraturan dan pengembangan AI sangat penting, sehingga Indonesia dapat menggunakan potensi teknologi AI, yang dapat menawarkan masyarakat dan industri terkait untuk manfaat maksimal,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi.

Pada langkah pertama, Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemomkigi) juga memulai dialog politik AI, yang membahas tantangan dan potensinya di berbagai sektor seperti perdagangan elektronik, perbankan, kesehatan, pendidikan dan keberlanjutan.

Sektor perdagangan elektronik Indonesia, yang diperkirakan akan mencapai $ 150 miliar pada tahun 2030, harus bersedia mengambil alih AI untuk menawarkan lebih banyak manfaat bagi semua pihak.

Dengan peraturan yang benar, Menteri Komunikasi dan Informasi percaya bahwa Indonesia akan menjadi pemain penting dalam ekosistem teknologi AI global.

Jika negara -negara aktif yang berpartisipasi dalam forum internasional, seperti AIA, dapat memastikan bahwa Indonesia dapat memastikan bahwa pengembangan teknologi ini konsisten dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi dunia, bahkan dalam hal peraturan dan penggunaannya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *