Saham

Merek Fesyen Mewah Chanel Beli 25% Saham Jam Tangan Swiss MB&F

Liputan6.com, Jakarta – Merek mewah asal Prancis, Chanel, telah membeli 25% saham pembuat jam tangan mewah asal Swiss, MB&F, yang terkenal dengan merek jam tangan uniknya.

Chanel mengumumkan pembelian saham tersebut merupakan bagian dari rencana untuk memperkuat kehadirannya di industri jam tangan.

 

Frédéric Grengi, CEO Chanel Watches & Fine Jewelry, mengatakan, “Kami sangat senang dapat menjalin hubungan baik dengan MB&F yang memiliki nilai-nilai yang sama yaitu kebebasan, kreativitas, dan kualitas.” 2024). ).

 

Setelah perjanjian pembelian, pendiri MB&F Maximilian Bueser akan memiliki 60% saham perusahaan dan pengusahanya Serge Kryknoff, yang mengepalai R&D dan produksi perusahaan, akan memiliki 15%.

Bucer mengatakan kesepakatan itu akan menjamin masa depan jangka panjang perusahaan yang mempekerjakan 59 orang tersebut.

Saluran tersebut dikatakan tidak memiliki opsi untuk mengakuisisi saham MB&F.

“Selain memungkinkan kami melanjutkan secara mandiri, bebas dari tekanan apa pun, investasi dari Channel akan memperkuat pekerjaan kami dengan menyediakan akses ke lingkungan dan jaringan pemasok mereka,” kata Bueser. Nama MB&F 

MB&F telah membangun reputasi sebagai pembuat jam tangan yang terinspirasi dari fiksi ilmiah dan futuristik.

MB&F yang berbasis di Jenewa, yang didirikan pada tahun 2005, memiliki total penjualan tahunan sebesar 45,4 juta franc Swiss atau Rp 98 miliar pada tahun 2023, ketika memproduksi 419 jam tangan dan 3.500 jam tangan dari merek murah MAD Edition. 

Harga jam tangan tersebut sekitar 3.000 franc Swiss atau Rp 54,4 juta.

Jam tangan khusus lainnya dijual antara 60.000 (Rs 1 miliar) dan 200.000 franc Swiss (Rs 3,6 miliar) dan seringkali harus masuk daftar tunggu hingga dua tahun.

Chanel membuat jam tangan selain lini parfum dan fesyennya, dan sudah memiliki statistik dengan pembuat jam tangan Swiss lainnya, termasuk Romain Gauthier dan FP Journe.

Investor asing mencatat seluruh perilaku beli pada tahun 2024. Transaksi bisnis asing tercatat mencapai Rp 9,69 miliar pada perdagangan Kamis 22 Agustus 2024.

Investor asing memborong saham senilai Rp 1,2 triliun pada perdagangan kemarin saja. Aktivitas perdagangan investor asing terjadi seiring Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,87 persen menjadi 7.488,67 pada Kamis 22 Agustus 2024. Demikian merujuk data Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat, (23/8/). . 2024).

Menurut analis, pembelian yang dilakukan investor asing disebabkan oleh pengaruh global dan eksternal. Direktur Investasi dan Riset Pilarmas Investindo Securitas Maximilianos Nico Damus mengatakan dampak global, terutama prospek penurunan suku bunga yang dilakukan bank sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve (Fed) pada September dan Desember, memberi semangat bagi asing. Investor membeli saham. Namun, ia mendesak kehati-hatian terhadap harapan The Fed untuk memangkas suku bunga.

Sementara dari sisi pengaruh dalam negeri, Niko menyebut politik sudah mereda pasca pencabutan Undang-Undang (UU) Pilkada juga memberikan dorongan baru. Di sisi lain, Nico menilai pelaksanaan pemilihan kepala daerah (pilkada) menjadi katalis bagi pasar saham Indonesia.

“Pilkada itu salah satu atraksi pembangunan ekonomi seperti pemilu. Asalkan Pilkada jujur, baik, dan adil. Sengketa politik stabil (dan mempengaruhi pasar modal),” ujarnya saat dihubungi Liputan6.com.

Ia menambahkan, pelantikan presiden pada Oktober 2024 juga akan menjadi pertimbangan pasar. Selain itu, basis ekonomi Indonesia yang kuat juga menjadi pertimbangan investor asing ketika berinvestasi di pasar modal Indonesia.

“Kondisi korporasi akan menjadi perhatian. The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan September untuk menarik investasi pada aset berisiko. Indonesia merupakan emerging market dengan nilai ekonomi yang kuat dan menjadi salah satu pilihan bagi investor asing tersebut,” ujarnya.

Hal serupa juga diungkapkan Senior Investment Information Mirai Asset Securitas Indonesia Nafan Aji Gusta. Ia mengatakan para pedagang optimis The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya pada bulan September dan diperkirakan akan bertindak agresif. “Suku bunga diperkirakan akan diturunkan sebesar 50 basis poin pada bulan September,” kata Nafan.

Sementara itu, Analis Pasar Lanjar Nafi mengatakan terjadi aksi beli besar-besaran oleh investor asing pada saham BBCA dan BMRI.

“BBCA dan BMRI merupakan dua bank terbesar di Indonesia dengan kinerja keuangan yang kuat dan fleksibel. Mereka memiliki saldo kredit yang kuat, non-performing loan (NPL) yang rendah, dan return on equity (ROE) yang tinggi,” kata Lanjar.

Selain itu, kata Langer, investor asing melihat potensi kredit rumah yang terus berkembang. Hal ini terlihat dari peningkatan LDR bank yang masih tinggi.

Sementara investor asing membeli saham, Lanjar berupaya mendapatkan keuntungan secara perlahan dan tetap berpegang pada area yang berkinerja baik dan meningkatkan pengaruh global karena dampak negatif sekecil apa pun akan menyebabkan investor menjualnya.

Sementara itu, Nico mengatakan pemilihan saham investor asing bisa menjadi contoh bagi investor lokal. Namun, dia mengingatkan Anda untuk terus melakukan riset sendiri terhadap harga saham.

Selain itu, lihat juga tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan profil risikonya, kata Niko.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *