Merkuri Bukan Zat yang Harusnya Ada di Kosmetik, Dokter Sebut Biasanya Ditemukan di Batu Baterai
thedesignweb.co.id, Jakarta – Kosmetik mengandung merkuri banyak dijual secara ilegal di Indonesia. Banyak krim “palsu” yang dikemas dengan cara ini dan menjanjikan hasil instan.
Padahal, penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri menimbulkan risiko yang besar bagi penggunanya. Menurut dokter kulit Moji Iswanthi, merkuri merupakan logam berat berbahaya dalam konsentrasi rendah namun bersifat racun. Kandungan merkuri banyak ditemukan pada produk kosmetik ilegal yang ditujukan untuk memutihkan kulit.
Moji mengatakan penggunaan kosmetik yang mengandung merkuri dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ bahkan kanker.
“Apa dampaknya? Perubahan warna kulit dapat menyebabkan kemerahan, sensitivitas, kerusakan permanen pada sistem saraf, gangguan emosi, otak, dan ginjal, serta bersifat karsinogen (menyebabkan kanker),” jelas Moji dalam pengarahan online bersama pihak Indonesia. Ikatan Dokter (IDI).
Moji menambahkan, merkuri bukanlah zat yang seharusnya ada dalam kosmetik. Artinya tidak boleh digunakan untuk perawatan wajah. Biasanya, merkuri terdeteksi dalam termometer atau pemeriksaan suhu tubuh. Faktanya, merkuri juga dapat ditemukan pada bahan baterai.
“Merkurius bukan untuk mukanya, tapi untuk beberapa alat, misalnya termometer air raksa. Ada juga di baterai, coba saja buat baterai sendiri, hancurkan isinya lalu dipakai. tapi perlu diingat bahwa efeknya “Efek sampingnya sangat berbahaya dan bisa sampai ke ginjal.”
Secara sistematis, baterai dapat mempunyai dampak yang luas. Tidak hanya pada kulit saja namun juga pada bagian tubuh.
“Dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, jika masuk ke paru-paru dapat menyebabkan sesak napas, dan jika digunakan dalam jangka waktu lama dapat menyebabkan infeksi paru-paru.”
“Pada sistem pencernaan dapat menyebabkan muntah, diare, sakit perut, kerusakan hati, gagal ginjal, sakit kepala, dan gemetar,” jelas Moji.
Bahkan, Muji punya cerita seorang wanita yang menjual kosmetik mengandung merkuri. Wanita yang sama juga menggunakan produk tersebut selama kehamilan. Akibatnya, anak tersebut terlahir cacat.
Moji menjelaskan: “Kemarin salah satu pemilik krim kosmetik menggunakan merkuri, dan alhamdulillah pemilik produk tersebut sendiri mengakui bahwa saat menggunakan produk merkuri saat hamil, anaknya terkena Down Syndrome.”
Alih-alih mencerahkan wajah, penggunaan merkuri justru menggelapkan atau membuat kulit wajah menjadi abu-abu. Kasus seperti ini tidak jarang terjadi di Indonesia.
Kondisi ini disebut sinekia atau kelainan pigmentasi kulit berupa perubahan warna menjadi hitam atau abu-abu kebiruan pada area tubuh, terutama wajah.
Sinkronisasi ada dua jenis, yaitu sinkronisasi internal dan eksternal. Sinekia endogen adalah penyakit genetik yang menyebabkan kerusakan pigmen. Sedangkan sinkroni eksogen adalah sinkronisasi akibat adanya suatu zat di luar tubuh, dan jenis ini paling sering terjadi.