Saham

Microsoft Bakal Investasi Rp 1.296 Triliun untuk Pengembangan Pusat Data AI

thedesignweb.co.id, Jakarta – Microsoft akan berinvestasi sekitar US$80 miliar atau Rp 1,296 triliun (dengan asumsi nilai tukar dolar AS terhadap rupiah sekitar 16.205) untuk mengembangkan pusat data. Pusat data ini untuk melatih model kecerdasan buatan (AI) dan aplikasi berbasis cloud.

Hal tersebut disampaikan Microsoft dalam postingan blognya pada Jumat, 3 Januari 2025, dikutip CNN, Senin (6/1/2025).

Investasi pada AI telah meningkat sejak OpenAI meluncurkan ChatGPT pada tahun 2022, seiring dengan upaya perusahaan-perusahaan di semua industri untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan ke dalam produk dan layanan mereka.

AI membutuhkan daya komputasi yang sangat besar, sehingga mendorong permintaan akan pusat data khusus yang memungkinkan perusahaan teknologi menggabungkan ribuan chip ke dalam cluster.

Microsoft telah menginvestasikan miliaran dolar AS untuk meningkatkan infrastruktur AI dan memperluas jaringan pusat datanya. Menurut Visible Alpha, analis memperkirakan belanja modal Microsoft untuk tahun fiskal 2025, termasuk sewa modal, sebesar $84,24 miliar. Belanja modal perusahaan pada kuartal pertama tahun fiskal 2025 meningkat 5,3% menjadi $20 miliar.

Sebagai pendukung besar OpenAI, raksasa teknologi ini dianggap sebagai pesaing utama di antara perusahaan teknologi besar dalam perlombaan AI karena kemitraan eksklusifnya dengan pembuat chatbot AI.

Wakil Presiden dan Presiden Brad Smith mengatakan lebih dari separuh investasi Microsoft senilai $80 miliar akan dilakukan di Amerika Serikat (AS).

“Saat ini, Amerika Serikat memimpin perlombaan AI global berkat investasi modal swasta dan inovasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Amerika dari semua ukuran, mulai dari perusahaan rintisan yang dinamis hingga perusahaan yang sudah mapan,” kata Smith.

Sebelumnya, pusat data dan layanan komputasi awan yang didukung kecerdasan buatan (AI) telah semakin mendorong permintaan energi ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Kebutuhan listrik pada pusat data untuk mendukung kecerdasan buatan ini sangat besar. 

Menurut informasi dari Departemen Energi AS, penggunaan listrik global mungkin meningkat sebesar 75% pada tahun 2050. Peningkatan luar biasa ini sebagian besar disebabkan oleh ambisi industri teknologi untuk mengembangkan AI.

“Pusat data baru yang membutuhkan jumlah listrik yang sama seperti Chicago, misalnya, tidak bisa terus dibangun tanpa memahami kebutuhan energinya,” kata Managing Director Radiant Energy Group Mark Nelson, seperti dikutip CNBC, Kamis (03/01). /2025). ).

Pusat data ini diperkirakan akan tumbuh begitu besar sehingga dapat menggunakan lebih banyak listrik dibandingkan seluruh kota. Oleh karena itu, para pemimpin teknologi yang bertaruh pada pengembangan AI kini menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan energi yang sangat besar sambil tetap berkomitmen pada tujuan keberlanjutan mereka.

Transisi ke energi nuklir

Setelah bertahun-tahun berfokus pada energi terbarukan seperti angin dan matahari, perusahaan-perusahaan teknologi besar mulai beralih ke tenaga nuklir. Alasannya sederhana karena energi nuklir mampu menyediakan listrik dalam jumlah besar, stabil, bebas karbon, dan berkelanjutan.

Direktur senior energi dan iklim Google, Michael Terrell, menjelaskan: “Apa yang kami lihat adalah energi nuklir memiliki banyak manfaat. Ini adalah sumber listrik bebas karbon, dapat beroperasi 24 jam sehari dan mempunyai dampak ekonomi yang luar biasa.”

 

Google, Amazon, Microsoft dan Meta adalah beberapa nama besar yang kini menjajaki atau berinvestasi di energi nuklir.

Perubahan ini didorong oleh kebutuhan energi pada pusat data mereka, terutama dengan berkembangnya teknologi AI yang setiap saat membutuhkan energi dalam jumlah besar.

Langkah ini juga dianggap sebagai awal dari “kebangkitan nuklir”, menurut para ahli, yang percaya bahwa energi nuklir dapat mempercepat transformasi energi global.

Dari kekhawatiran menjadi harapan

Di masa lalu, pembangkit listrik tenaga nuklir ditinggalkan karena masalah keselamatan dan risiko kehancuran yang diperbesar oleh informasi yang salah.

Namun, dengan teknologi yang semakin canggih dan pemahaman yang lebih baik mengenai keselamatannya, tenaga nuklir kini dipandang sebagai solusi ideal untuk kebutuhan energi di masa depan.

Kekuatan yang stabil

Stabil, langsung, listrik 100%, 24 jam sehari, 365 hari setahun. Itulah yang bisa diberikan oleh tenaga nuklir,” tambah Nelson.

Dengan langkah besar ini, perusahaan-perusahaan teknologi berharap tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan energi mereka yang terus meningkat, namun juga tetap berada pada jalur menuju keberlanjutan.

Jika berhasil, tenaga nuklir dapat menjadi kunci untuk mencapai tujuan energi bersih global di masa depan.  

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *