Momen Lucu Bahlil Salah Sebut Jabatan Ketua MPR RI di HUT ke-60 Golkar
thedesignweb.co.id, Jakarta – Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Bahlil Lahadalia mengundang gelak tawa jajaran dan tamu undangan pada acara puncak HUT ke-60 Partai Golkar (HUT). Ia salah mengartikan posisi Ahmed Muzanî yang merupakan Ketua MPR RI.
Ulasan thedesignweb.co.id, Kamis (12/12/2024), awalnya Bahlil menyapa seluruh peserta secara langsung dan dengan suara hormat, dimulai dari Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Namun, adapun Ahmed Muzanî juga mengangkatnya sebagai Wakil Presiden MPR Indonesia.
Dalam adegan podium terlihat jelas wajah Prabowo dan Ahmed Muzanî, keduanya berbincang sambil saling menunjuk dan tersenyum tipis. Kemudian Bahlil sadar dan meminta maaf atas kesalahannya.
“Oh maaf Ketua MPR. Artinya respon jajarannya lebih tinggi dari rasa cinta Gerindra sehingga Bahlil menyapa penonton sambil tersenyum: “Barangnya sudah masuk.”
Kadroyan berkata: “Kemarilah.
Bahlil Lahadalia selalu membuat tamu dan staf tertawa dengan pidatonya. Ahmed Muzanî yang merupakan staf Gerindra beberapa kali tertangkap kamera sambil tertawa terbahak-bahak.
Bahlil sempat menyebutkan, pemilu serentak pada 2024 akan terasa pada pemilihan gubernur yakni pemilihan gubernur. Menurut dia, hal ini terjadi karena ada pihak yang menyalahkan lembaga lain ketika calonnya gagal dalam pemilu.
“Selain Pilpres, yang terakhir kita saksikan adalah Pilkada. Pilkada baru saja berakhir. Banyak kenangan, cerita dan karya dari hati dan kedalaman lainnya. Semuanya terdengar hampir sama. Bahlil dalam pidatonya di HUT ke-60 Partai Golkar di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Kamis (12/12/2024): “Betapa mahalnya pilkada ya?”
“Setelah Pilpres, sekarang kita mulai bicara, saling menyalahkan. Ada yang merasa bersih dan ada pula yang merasa kotor. “Ada yang merasa agensi A mendatangkan agensi B untuk ikut campur.”
Bahlil menyatakan, sebagai sesama umat manusia, Partai Golkat menilai tidak boleh saling menyalahkan.
“Kalau salah, itu semua salah kami, dan kalau benar, kami baik-baik saja. Hampir semua partai politik besar mempunyai pengalaman berkuasa, khususnya Golkar. Pihak lain sudah merasakan kekuasaan dan benar-benar membagikan ilmunya. “Kita sama-sama tahu, ada yang hengkang, ada pula yang baru,” jelasnya.
Sebagai mantan aktivis, Bahlil mempertanyakan apakah demokrasi seperti ini yang diinginkan masyarakat Indonesia. Sebab jika hal ini terus berlanjut, pasti akan ada dampak negatifnya di kemudian hari.