Global

Musik Mozart Buat Bayi Lebih Pintar Ternyata Mitos, Ini Penjelasannya

thedesignweb.co.id, Jakarta – Efek Mozart merupakan istilah populer yang dikemukakan Francis Rauscher dan tim penelitinya pada tahun 1993. Ia meneliti efek mendengarkan musik klasik, khususnya karya Mozart dalam meningkatkan keterampilan penalaran ruang.

Lagi pula, benarkah musik klasik membuat anak pintar? Peluncuran laman live science pada Selasa (22/10/2024) Penelitian pertama yang dipublikasikan di jurnal Nature pada tahun 1993 oleh Rauscher, Shaw dan Ky menunjukkan bahwa mendengarkan musik Mozart dapat meningkatkan keterampilan spasial dan temporal sementara.

Dalam penelitian ini, peserta mendengarkan Sonata untuk dua Piano di D mayor (K.448). Hasilnya menunjukkan peningkatan kinerja pada pekerjaan sementara dibandingkan dengan mereka yang diminta istirahat atau diam.

Namun, efek ini hanya berlangsung sekitar 10 hingga 15 menit dan tidak ada bukti yang mendukung peningkatan kecerdasan atau kemampuan kognitif dalam jangka panjang. Sebuah meta-analisis yang diterbitkan dalam jurnal Intelligence pada tahun 2010 oleh Piechnik, Voracek dan Forman menegaskan temuan ini.

Analisis tersebut mencakup 40 penelitian yang melibatkan lebih dari 3.000 subjek dan menemukan bahwa efek Mozart bersifat sementara dan tidak signifikan dalam jangka waktu yang lama. Studi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan kinerja yang terlihat setelah mendengarkan musik Mozart mungkin disebabkan oleh peningkatan suasana hati dan konsentrasi, bukan peningkatan kecerdasan.

Para peneliti di Universitas Harvard menunjukkan bahwa klaim bahwa musik klasik membuat anak lebih pintar adalah mitos belaka. Studi tersebut dijelaskan dalam makalah yang diterbitkan pada 11 Desember 2016 di jurnal terbuka PLoS One.

Meta-analisis tahun 1999 oleh Christopher Chabris yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Science menyimpulkan bahwa tidak ada bukti kuat yang mendukung peningkatan IQ dari mendengarkan musik Mozart. Chabris menganalisis berbagai penelitian yang relevan dan menyimpulkan bahwa pengaruh Mozart hanya sebatas peningkatan sementara dalam kemampuan penalaran ruang.

Namun, hal itu tidak mempengaruhi aspek kecerdasan lainnya seperti ingatan, pemecahan masalah, atau kemampuan verbal. Studi lain yang dilakukan oleh Kenneth Steele pada tahun 1999, yang diterbitkan di Psychiatry, menunjukkan bahwa hasil penelitian awal tentang pengaruh Mozart dibesar-besarkan oleh media.

Steele dan timnya mengikuti penelitian awal dan menemukan bahwa efek kognitif sangat minim dan tidak ada bukti bahwa mendengarkan musik Mozart memiliki efek jangka panjang pada IQ. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah musik, termasuk karya Mozart, dapat mempengaruhi suasana hati dan rentang perhatian.

Namun musik Mozart kurang mampu meningkatkan kecerdasan secara keseluruhan.

 

Selasa (22/10/2024) Peluncuran Parent Science Hasil studi Efek Mozart pertama kali dilaporkan pada tahun 1993 oleh para ilmuwan di University of California, Irvine. Penelitian ini diulangi pada tahun 1995 oleh tim yang sama.

Studi tersebut menemukan bahwa siswa yang mendengarkan sonata Mozart selama beberapa menit sebelum tes komunikasi ruang angkasa memiliki kinerja lebih baik dibandingkan siswa yang mendengarkan musisi lain atau tidak mendengarkan musik sama sekali. Ide tersebut bermula dari pemikiran bahwa anak akan menjadi lebih pintar jika mendengarkan musik klasik.

Segera setelah penelitian ini menjadi populer, Gubernur Georgia memerintahkan CD musik klasik dengan sonata dan karya lain yang disediakan oleh Sony untuk diberikan kepada semua bayi yang baru lahir setelah keluar dari rumah sakit.

Sebaliknya, Efek Mozart disebabkan oleh suasana hati dan tingkat perhatian yang dapat dirangsang oleh musik. Beberapa musik dapat membuat seseorang merasa lebih bahagia dan energik, serta untuk sementara waktu dapat meningkatkan kemampuan kita untuk berkonsentrasi.

(Tiffany)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *