Saham

OPEC+ Lanjut Genjot Produksi Minyak di Desember 2024, Saham-Saham Ini Bakal Terimbas

thedesignweb.co.id, Jakarta Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) terus turun, menyusul pemberitaan bahwa Arab Saudi berkomitmen meningkatkan produksinya pada akhir tahun ini. Harga minyak mentah juga turun seiring meningkatnya konflik di Timur Tengah menyusul serangan udara Israel yang menargetkan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah di Beirut.

Harga minyak mentah Amerika Serikat (AS) turun pada hari Jumat (waktu Jakarta) ke level terendah mingguan pada minggu lalu, karena prospek peningkatan pasokan minyak dari Arab Saudi membayangi upaya Tiongkok untuk menstimulasi perekonomian Patokan minyak mentah AS, West Texas Intermediate, turun sekitar 5 persen minggu ini, sedangkan patokan minyak mentah global, Brent, turun sekitar 4 persen.

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, OPEC+, berencana melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak sebesar 180.000 barel per hari pada Desember 2024. Namun, sebelum kenaikan ini, anggota OPEC+ seperti Irak dan Kazakhstan akan memangkas produksi minyaknya terlebih dahulu. Sebesar 123.000 barel per hari pada September 2024 untuk mengkompensasi kelebihan produksi di awal tahun.

Sebelumnya, OPEC+ berencana menghentikan pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel pada Oktober 2024-September 2025. Namun proyek tersebut ditunda selama 2 bulan pada awal September 2024 karena harga minyak mentah jatuh ke level terendah dalam perekonomian global sejak akhir tahun 2023. ketakpastian

Berita tentang peningkatan produksi minyak OPEC+ pada bulan Desember 2024 muncul beberapa hari setelah bank sentral Tiongkok mengumumkan paket stimulus fiskal untuk mencapai target pertumbuhan 5% YoY pada tahun 2024, kata tim peneliti Stockbit Securities. Importir minyak mentah terbesar di dunia.

 

Dalam jangka menengah dan panjang, perkiraan terbaru OPEC memproyeksikan permintaan minyak mentah global akan mencapai 111 juta barel per hari pada tahun 2028, naik 800.000 barel per hari dari perkiraan sebelumnya yang dirilis pada tahun 2023.

“Kami memperkirakan keputusan OPEC+ untuk terus menaikkan produksi lebih bergantung pada ekspektasi peningkatan permintaan dalam jangka menengah hingga panjang, meskipun hal ini akan memberikan sentimen negatif terhadap harga minyak dalam jangka pendek,” ujar Stockbite Securitas Research, dikutip Senin (30). /9/2024).

Oleh karena itu, tim riset Stockbit Securitas melihat pelemahan harga minyak bersifat sementara dan harga minyak mentah Brent kemungkinan akan kembali naik di atas USD 75 per barel.

“Dinamika harga minyak akan mempengaruhi produsen minyak dan gas seperti MEDC dan ENRG serta sub-emiten hulu minyak dan gas seperti WINS, LEAD dan ELSA,” demikian isi penelitian tersebut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *