Pameran Tunggal Yos Suprapto, Menyelami Kritik Sosial dalam Bahasa Simbolisme Lukisan bak Cerita Novel
LIPUTANI6. Kali ini, serangkaian makalah “Kebangkitan: Keadaan Kedaulatan Pangan 2024” diterbitkan.
Dengan sejumlah gambar, menurut siaran pers thedesignweb.co.id Lifestyle, Senin 16 Desember 2024, ia menunjukkan kemampuan menghadapi sosok nyata berdasarkan norma realitas sosial ala Diego Rivera dan Rice Fangs. Hal ini terlihat dengan simbolisme surealis yang mengingatkan pada pembersihan seniman Yogyakarta pada tahun 1980an.
Dalam lukisannya, komentar dan kritik sosial diungkapkan secara kiasan. Permainan garis dan warna, antara lain hitam, merah, biru, hijau, coklat, kuning, ungu, oranye, dan putih, dianggap sebagai ciri provokatif lukisan Yo.
Warna tampil dengan kekuatan visual yang kuat dan kuat, disandingkan sehingga menciptakan bentuk yang tidak beraturan untuk menunjukkan ketegangan. Permasalahan sosial, politik, budaya, lingkungan hidup, dan kemanusiaan digambarkan sebagai komponen utama kehidupan di negeri ini.
Dosen Pascasarjana Institut Seni Indonesia Yogyakarta Suwarno mengatakan: “Yos Suprapto sebagai seniman selalu mempunyai luapan emosi yang menarik. Komentar-komentar terhadap karya Yos mempunyai emosi yang berbeda-beda dan pesan yang lugas dan tinggi, tetapi juga (ada juga unsur sederhana dan simbolismenya.”
Dia menambahkan: “Itu merusak ceritanya.” Koleksi Yos Suprapto menampilkan kisruh seluruh dimensi kehidupan di Indonesia.
Melalui Revival: Negeri Kedaulatan Pangan 2024, Yos mengaku ingin menyajikan cerita secara visual, seperti mengalir melalui warna yang mengajak penonton membayangkan cerita tersebut. Ia ingin menghadirkan cerita dengan “masalah” yang dapat menghancurkan “kedamaian” kita.
Yos mengaku selama lebih dari 10 tahun meneliti mineral yang dihasilkan pertanian, lahan pertanian basah dan kering, dari seluruh provinsi di Indonesia. Akibatnya rantai budaya pertanian kehilangan kekuatan budaya pertanian yang mandiri.
Budaya pertanian mandiri telah hilang akibat ketergantungan terhadap penggunaan pupuk sintetis dan program manajemen perubahan hijau yang digunakan di negeri ini. Oleh karena itu, Direktur Galeri Nasional Jarot Mahendra mengatakan: “(Kami) berharap pameran ini menjadi awal kesadaran untuk tumbuhnya budaya kemandirian agraria”.
Harapan tersebut kemudian dituangkan dalam rangkaian lukisan bertajuk “Kebangkitan” yang juga menjadi tema pameran. Yos nampaknya bertekad untuk menjadikan kekuatan budaya pertanian bangsa kita sebagai harapan masa depan kemandirian pangan.
Indikator ini juga bergantung pada harapan “Peningkatan Kedaulatan Lahan dan Pangan”. Hal ini hanya akan menjadi kenyataan jika kita berhenti menghancurkan lahan dan memulihkan budaya kemandirian pertanian. Lukisan Yos akan dipamerkan di Galeri Nasional, Jakarta, mulai 19 Desember 2024 hingga 19 Januari 2025.
Dalam narasi lagu tayangannya, karya Yo tak lepas dari permasalahan sosial. Pada tahun 1994, ia mengangkat isu lingkungan hidup dengan pameran tunggal bertajuk “Bersatu dengan Alam” di Taman Ismail Marzuki.
Kemudian pada tahun 2001 kembali menggelar pameran bertajuk “Barbarisme: Jalan Anak Bangsa” di pusat nasional yang menuai kritik terhadap budaya kekerasan dengan keaslian nasionalisme kontemporer. Pada tahun 2005, ia kembali mengangkat isu sosial, mengkritik korupsi di lingkungan elite dengan pameran “Republik Udang” di Galeri Tembi, Yogyakarta.
Selain itu, ia juga pernah mengikuti pameran bersama yang mengangkat isu-isu sosial, seperti “Mata Demokrasi” di Taman Budaya Surakarta pada tahun 2002. Pada tahun 2017, Yos memaparkan analisis mendalam tentang masyarakat yang dipamerkan di Galeri Nasional.