Pemerintah Diminta Atasi Deflasi, Ekonom UGM Paparkan Alasan Kuat
thedesignweb.co.id, Yogyakarta – Ekonom UGM Yudistira Hendra Permana memperkirakan deflasi di Indonesia akan terus berlanjut hingga akhir tahun dan masa penurunan kognitif. situasi deflasi secara umum.
Dosen Departemen Ekonomi dan Bisnis Fakultas Sekolah Vokasi ini sependapat, meski masih ada sisi baik dan buruknya inflasi, hal itu baru bisa dipahami ketika harga barang dan jasa lebih rendah dari sebelumnya dan konsumen mendapat manfaat darinya. Faktanya, inflasi berarti daya beli masyarakat menurun dan produsen terpaksa menurunkan harga jualnya. Faktor-faktor tersebut diperparah dengan menurunnya penerimaan pajak akibat menurunnya aktivitas perekonomian, termasuk ancaman pengangguran, kata Yudistira dalam laporan Sekolah Jurnalis Lokal bertajuk Deflasi di Indonesia: Analisis, Dampak dan Dinamika Pasar. Ruang Fortakgama Gedung Pusat UGM, Kamis 31 Oktober 2024.
Deflasi ini akan berdampak pada beberapa kelompok, ujarnya. Sektor yang paling terkena dampak pengurangan ini adalah petani, nelayan, dan usaha kecil dan menengah. “Petani, nelayan, dan usaha kecil bermain-main dengan kebutuhan dasar mereka,” ujarnya.
Menurut dia, situasi ini harus dikendalikan, jika tidak, ia memperkirakan proyeksi penerimaan pajak pemerintah jelas akan turun akibat menurunnya daya kerja dan daya beli masyarakat serta kehancuran yang terjadi saat ini. “Risiko deflasi itu masalah perpajakan. Kalau lapangan kerja dan daya beli menurun, siapa yang lebih banyak mengeluarkan uang? PPN dan PPh akan turun,” ujarnya.
Pemerintah diminta menilai kembali bidang anggaran dan kebijakan moneter. Sebab, menurutnya, seharusnya pemerintah mengusut banyak proyek yang dinilainya salah langkah sehingga sia-sia dan berdampak buruk pada pendanaan publik. “Dalam hal ini, pemerintah harus bisa memilih dan memutuskan proyek mana yang tidak mengganggu stabilitas perekonomian,” kata ketua program pengelolaan dan pengendalian real estate Fakultas Sekolah Vokasi itu.
Ia juga mengingatkan pemerintah jika deflasi berlangsung lama maka ada risiko krisis ekonomi. Sebab, harga bahan pokok yang lama kelamaan semakin mahal, sementara daya beli konsumen sangat rendah.
Untuk mengatasi situasi deflasi, Yudistira berharap lembaga regulator dapat meningkatkan permintaan agregat dan kebijakan moneter, kebijakan moneter serta melindungi perusahaan dan proyek yang tidak hilang. Oleh karena itu, perlu adanya kebijakan yang mendorong pertumbuhan daya beli masyarakat. “Penyebab menurunnya daya beli masyarakat karena tekanan ekonomi. Meski nilai tukar rupiah stabil dan kuat, namun daya beli masyarakat menurun sehingga barang yang dibeli masih terkesan mahal,” ujarnya.