Kesehatan

Peparnas 2024 Larang Keras Penggunaan Doping, IADO: Atlet Disabilitas Harus Siap Diambil Sampel Urinenya Kapanpun di Manapun

thedesignweb.co.id, Karanganyar Guna memastikan atlet Pekan Paralimpiade Nasional (Peparnas) 2024 bebas doping, Panitia Umum (PB) Peparnas menggandeng Organisasi Anti Doping Indonesia (IADO).

Menurut staf pendidikan antidoping IADO, Devi Sagita Ratri, doping umumnya merupakan zat terlarang yang jika dikonsumsi dapat meningkatkan performa seorang atlet secara signifikan.

“Doping dilarang keras di Peparnas. Dan akan dilakukan random sampling, makanya kami akan memberikan edukasi terlebih dahulu sebelum atlet-atlet tersebut dijadikan sampel, agar tidak ada penolakan, kata Devi kepada thedesignweb.co.id bagi penyandang disabilitas saat ditemui di Kolam Renang Intan Pari, Karanganyar, Kamis ( 10 Oktober 2024).

Devi menegaskan, siapapun atlet yang ingin mengambil sampel tidak boleh menolak karena bisa dikenakan sanksi.

“Kalau menolak, kalau tidak mau ambil sampel, sanksinya bisa dua sampai empat tahun (dilarang mengikuti kompetisi),” kata Devi.

 Sampel yang diambil adalah urin. Tim IADO akan meminta sampel urin atlet minimal kurang lebih 90 ml.

“Maksimal (sampel yang diambil) 180 ml, jadi 90 sampai 180 ml. “Di Peparnas kami hanya mengambil sampel urin padahal sampelnya ada dua jenis, yaitu urin dan darah.

Untuk menghindari kandungan doping dalam urin yang tidak disengaja, Devi menyarankan para atlet berhati-hati dalam mengonsumsi narkoba.

“Yang biasa kita edukasi kepada para atlet adalah berhati-hati dalam mengonsumsi obat-obatan karena beberapa obat tersebut mengandung zat doping,” saran Devi.

Ketimbang mengonsumsi obat-obatan yang belum diketahui mengandung doping atau tidak, Devi menyarankan agar para atlet berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter olahraga.

“Kami selalu berpesan jika memang membutuhkan obat, jika sakit segera hubungi dokter olahraga. “Dan jika bingung apakah obat ini doping atau tidak, bisa menghubungi IADO di iado.id, atlet bisa bertanya langsung di website kami.”

Lantas apa sanksi bagi atlet yang sampel urinnya terbukti mengandung doping?

“Dari segi risiko, medali dan hadiah uang bisa diambil dari atlet. Kemudian jangka waktu diskualifikasi tergantung pelanggaran yang dilakukannya, jelas Devi.

Terkait pengambilan sampel, Devi mengatakan, setiap atlet harus siap mengambil sampel di mana pun dan kapan pun.

“Para atlet harus siap kapan pun dan di mana pun untuk mengumpulkan sampel karena hal itu sesuai dengan aturan pengambilan sampel yang diatur oleh Kode Anti-Doping Dunia (WADC).”

Sebagai tim anti doping, Devi berpesan kepada para atlet untuk selalu berjuang dan mengutamakan makanan yang tepat. Misalnya daging dan makanan sehat lainnya sebagai pengganti doping.

Devi sadar, tugasnya dalam memberikan pendidikan doping bagi atlet difabel tidak sama dengan atlet non-disabilitas.

“Biasanya bagi yang mampu, penyampaian kita bisa langsung, tata bahasa kita bisa cepat, mengikuti jadwal mereka yang biasanya terburu-buru.”

“Nah, di Peparnas kita usahakan bahasa kita dibuat selambat-lambatnya karena takut atlet melihatnya berbeda, makanya kita juga menyesuaikan dengan kebutuhan atlet. “Misalnya bagi yang tunarungu, kita bisa mendatangi petugas yang bisa menerjemahkan,” jelas Devi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *