Kesehatan

Peran Penting Bidan, Garda Terdepan Deteksi Anemia pada Ibu Hamil

thedesignweb.co.id, Jakarta Angka anemia pada ibu hamil di Indonesia masih sebesar 48,9 persen. Berdasarkan penelitian pendahuluan tahun 2018, anemia – terutama akibat anemia defisiensi besi – dapat mempengaruhi tumbuh kembang bayi, kehamilan, dan persalinan.

Di sisi lain, bidan di Indonesia memegang peranan penting dalam masa kehamilan dan persalinan. Di Indonesia, 74 persen pemeriksaan kehamilan dilakukan oleh bidan, sedangkan 62,7 persen persalinan dilakukan oleh bidan.

Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan peran bidan dalam melakukan skrining/identifikasi dini untuk mencegah anemia defisiensi besi (ADB) pada ibu di Indonesia.

Jika hasil tes mendeteksi anemia defisiensi besi dengan cepat, intervensi dapat dilakukan lebih awal. seperti suplementasi zat besi atau perubahan pola makan yang sesuai untuk ibu. Bahkan, jika calon pengantin diharuskan. 

Direktur Jenderal Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Ade Jobeda di Jakarta, Selasa, 26 November 2024 mengatakan, “Untuk melahirkan keturunan yang sehat, Anda harus mendapat zat besi sebelum hamil. Hal ini diperlukan untuk mengatasi kekurangan anemia.”

Konselor kesuburan Ade dan Rima Irovinda menjelaskan, bidan dapat melakukan pemeriksaan anemia pada setiap trimester kehamilan dan juga merekomendasikan suplemen zat besi untuk mengatasi anemia. Jika hal ini dilakukan dengan baik, bidan dapat mengurangi risiko komplikasi selama kehamilan.

“Dokter spesialis kebidanan berperan penting dalam mengidentifikasi anemia pada ibu hamil, sehingga dapat mengurangi risiko komplikasi serius bagi ibu dan bayinya,” kata Rima.

Penting juga untuk diketahui bahwa rata-rata kebutuhan zat besi selama kehamilan adalah sekitar 1000 mg. Kebutuhan terbesar adalah 300 mg untuk janin dan 500 g untuk peningkatan hemoglobin ibu.

Rima juga merekomendasikan 30 hingga 60 mg zat besi per hari selama kehamilan, menurut Organisasi Kesehatan Dunia. Kemudian, di lebih dari 40% negara seperti Indonesia, kelahiran tambahan berlangsung hingga 3 bulan.

.

Reema mengetahui bahwa tidak semua ibu hamil yang dianjurkan mengonsumsi suplemen zat besi memenuhi anjuran. Kebanyakan dari mereka tidak meminum obat.

Oleh karena itu, Rima mengatakan, bidan bisa mencermati manfaat zat besi untuk bayi.

“Tentunya semua ibu ingin bayinya cerdas saat lahir,” kata Rima.

Selain suplementasi zat besi, penyuluhan sumber makanan kaya zat besi juga diperlukan untuk mencegah anemia defisiensi besi pada kehamilan.

Jika hal ini tidak dilakukan, ibu hamil berisiko mengalami anemia, preeklampsia dan perdarahan pasca melahirkan, kelahiran prematur, pertumbuhan janin, berat badan lahir, dan persalinan.

Selain itu, ibu yang tidak menderita anemia dapat melahirkan anak dengan kadar zat besi yang rendah dan berisiko mengalami anemia pada usia dini, sehingga dapat menyebabkan gangguan tumbuh kembang anak, termasuk perkembangan otak. waktu.

 

Anemia defisiensi besi dapat mengganggu perkembangan kognitif, motorik, sensorik, dan sosial pada anak. Jika tidak ditangani dengan benar, efeknya bisa permanen, kata dokter anak Profesor René Cicartini.

Hal ini mungkin terjadi karena zat besi tidak hanya penting untuk membawa oksigen dalam darah, tetapi juga berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

“Zat besi berperan penting dalam metabolisme energi, sistem oksidatif, perkembangan saraf dan jaringan, komunikasi jaringan dan sintesis hormon. Itu sebabnya penting untuk menjaga kadar Hb sejak usia 2 tahun ke atas,” kata Rainey.

Rennie menjelaskan, “Dalam deteksi dini kekurangan zat besi, pendampingan pemberian ASI yang diperkaya zat besi membantu memenuhi kebutuhan zat besi, sehingga mencegah anemia pada anak. Mengurangi risiko.”

 

Ray Wagyu Buseravi, direktur urusan medis dan ilmiah Indonesia, mengatakan masalah anemia perlu segera diatasi.

“Kami melihat skrining anemia defisiensi besi merupakan kunci untuk menurunkan prevalensi anemia di Indonesia, khususnya pada ibu dan anak,” ujarnya.

Pemantauan skrining asupan zat besi secara non-invasif berbasis kuesioner dapat menjadi salah satu pilihan deteksi dini risiko anemia defisiensi besi oleh petugas kesehatan, termasuk bidan di puskesmas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *