Saham

Perkuat Fundamental, Wijaya Karya Siap Lego Aset-Aset Ini

thedesignweb.co.id, Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) berencana melanjutkan penjualan sejumlah aset investasi proyek penyediaan air bersih sektor tol. Tindakan ini diambil sebagai upaya perusahaan untuk memperkuat posisi dasarnya.

Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Karya Tbk Mahendra Vijaya mengungkapkan, ada sejumlah aset minoritas yang akan dilepas perseroan. Di antaranya, Tol Balikpapan-Samarinda (Balsam) dan Tol Soreang-Pasirkoya (Soroya).

“Jadi proyeknya sudah selesai.” Saat ini kami sedang melakukan divestasi. “Ada beberapa ruas tol yang WIKA minoritasnya,” kata Mahendra dalam paparan publik perseroan, dikutip Jumat (29/11/2024).

Perseroan juga berencana menjual properti proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Jatiluhur yang berlokasi di Bekasi Timur, Jawa Barat. Sebagai informasi, porsi kepemilikan WIKA pada proyek ini mencapai 88,38%. “Sekarang kita sedang proses divestasi, kita lihat hasilnya mungkin akhir tahun ini atau kuartal I 2025,” tambah Mahendra.

Pelepasan sejumlah aset merupakan salah satu dari 8 aliran posisi keuangan Perseroan dalam hal daur ulang aset. Tujuannya adalah menjual aset investasi perusahaan sesuai model bisnis dan mendapatkan uang untuk memperkuat permodalan perusahaan. Dimana seluruh dana investasi (tol dan SPAM) masuk dalam rencana PHK RKAP 2024.

Hingga Oktober 2024, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) meraih kontrak baru senilai Rp 16,97 triliun. Secara segmen, infrastruktur dan bangunan mendominasi sebesar 39,75%. Kemudian pabrik energi dan industri menyumbang 32,84%, industri 14,18%, dan real estate dan properti 13,22%.

Pada perjanjian baru berdasarkan pemilik proyek, Pemerintah mendominasi dengan kontribusi sebesar 44,21%. Kemudian BUMN 31,44%, swasta 23,92% dan investasi 0,43%.

Sebelumnya, hingga Oktober 2024, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) memiliki kontrak baru senilai Rp 16,97 triliun. Secara segmen, infrastruktur dan bangunan mendominasi sebesar 39,75%. Kemudian sektor energi dan industri menyumbang 32,84%, industri 14,18%, dan real estate dan properti 13,22%.

Pada kontrak baru berdasarkan pemilik proyek, Pemerintah mendominasi dengan kontribusi sebesar 44,21%. Kemudian BUMN ikut serta 31,44%, swasta 23,92%, dan investasi mencakup 0,43%. Untuk proyeksi akhir tahun, manajemen WIKA nampaknya memasang target konservatif karena saat ini tengah memasuki masa transisi pemerintahan.

“Untuk tahun 2024 kita belum mematok target yang terlalu tinggi. Jadi jumlah kontrak yang bisa kita peroleh di tahun 2024 mendekati angka tahun 2023 karena tahun ini adalah masa transisi pemerintahan. Jadi WIKA masih melihat bagaimana masa depan adalah “Jumlah tender pemerintah yang akan terus dilaksanakan ke depan,” kata Sekretaris Perusahaan WIKA Mahendra Vijaya dalam paparan publik, Kamis (28/11/2024).

Hingga Oktober 2024, total nilai kontrak yang dihadapi WIKA mencapai Rp 60,99 triliun dengan segmen infrastruktur dan bangunan mendominasi 68,04%. Diikuti oleh industri energi dan manufaktur sebesar 14,41%, properti dan real estate sebesar 12,49%, dan industri sebesar 5,07%.

 

Dari sisi kinerja keuangan, WIKA melihat adanya perubahan signifikan hingga kuartal III 2024. Meski mengalami penurunan pendapatan dan EBITDA, WIKA menunjukkan efisiensi operasional dengan meningkatkan GPM dan meningkatkan rasio utang tahunan.

Hingga triwulan III tahun 2024, laba kotor mengalami penurunan sebesar 12,7% dari Rp 1,21 triliun pada triwulan III tahun 2023 menjadi Rp 1,06 triliun pada triwulan III tahun 2024 menjadi Rp 409 miliar pada triwulan III tahun 2024.

GPM (Margin Laba Kotor) sedikit meningkat dari 8,05% pada Q3 2023 menjadi 8,40% pada Q3 2024 atau meningkat sebesar 4,3%. Sementara itu, margin EBITDA mengalami penurunan sebesar 22,6%, yaitu dari 4,20% pada triwulan III tahun 2023 menjadi 3,25% pada triwulan III tahun 2024. III 2023 menjadi 2,18 pada triwulan III tahun 2024. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *