Bisnis

PNS Tak Kunjung Dipindahkan ke IKN, Ada Apa?

LIPUTAN6.com, Menteri Reformasi Administrasi dan Birokratis Jakarta (Panrb) Azdullah Azwar Anas, membuka suara untuk pegawai negeri (PNS) yang belum pindah ke ibukota Nusantara (IKN).

Azwar mengakui Anas bahwa dia masih menunggu instruksi dari Presiden Jokowi (Jokowi) karena ekosistem tidak sempurna di IKN.

“Bimbingan presiden utama sedang menunggu ekosistem disempurnakan, mulai dari sistem digital dan kemudian apartemen dan lainnya,” kata Anas di Kementerian Koordinasi Layanan Urusan Ekonomi, Jakarta, pada hari Jumat (4/10/2024).

Bahkan, kata ANAS, pemerintah telah menyiapkan lebih dari 500 hingga 1000 flat untuk kediaman pegawai negeri sipil. Tetapi presiden meminta ekosistem di IKN untuk disempurnakan terlebih dahulu dengan nama, di alamat, pekerjaan dan banyak lagi.

“Faktanya, kami telah menyiapkannya untuk masing -masing agen, baik dengan nama, di alamat, situs dan lainnya, kami harus menunggu instruksi presiden,” katanya.

Sebelumnya, Menantarb mengklaim bahwa gerakan ASN telah dipenuhi secara bertahap pada kemauan kediaman, disiapkan oleh kekuatan ibukota kepulauan (IKN).

Alasan transfer ASN tidak masuk akal sesuai dengan pesan Presiden Joko Vidodo (Jokow), yang tidak dilakukan dengan cepat sampai infrastruktur cukup. 

IDP-LP Riko Noviantoro Observer Kebijakan Publik, Gagasan Ketua Gerakan Marheenis (GPM), Indrick Emir Moise, untuk mengubah nama Charsiten Capital (IKN) adalah ide yang tidak pantas.

Menurut pria itu, yang juga seorang peneliti dan ilmuwan, pilihan nama kepulauan yang didirikan di ibu kota negara ini telah memiliki sejumlah studi akademik.

“Saya menghargai bahwa gagasan Ketua GPM tidak tepat,” kata Rico Novianthoro dalam sebuah pernyataan yang diterima pada hari Kamis (3/10/2024).

Selain itu, Rico menjelaskan bahwa manifestasi terhadap nama kepulauan itu juga telah lulus tes publik yang memadai. Ini berarti bahwa banyak negara terlibat dan memahami tinjauan filosofis dan historis tentang penggunaan nama kepulauan.

Tidak hanya itu, menurut Rico, memilih nama kepulauan itu juga lebih ideal. Sebagai titik rata -rata kepentingan ayah yang berbeda. Pada saat yang sama, nama adalah simbol inersia saat membangun zona baru.

“Ada banyak ulasan historis dan filosofis atas nama kepulauan. Pada saat yang sama itu menjadi berbagai argumen lain dari pilihan nama. Jadi itu tepat dan seimbang,” tambahnya.

Sebelumnya, Ketua Ketua Izedrik Emir Moeis dari Izedrik, proposal bahwa nama Ikn dikaitkan dengan sejarah penciptaan negara bagian Indonesia.

“Kita perlu mengingat kisah bahwa salah satu pendiri negara ini adalah Sukarno. Serta menjadi presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno adalah tokoh untuk mewakili persatuan dan keakuratan bangsa.” Emir Moise mengatakan ketika ia menghabiskan acara tersebut untuk meninjau buku Incheat Abdoel Moeis, pejuang nasionalis tanpa syarat, yang diadakan di kamar di lantai 3 Gedung Profesor Maskaya, Universitas Mulavarman, Samarinda, Rabu (4/9/2024).

“Setiap kelompok, setiap agama dan setiap kelompok dapat menerimanya,” tambah Emir Moise di acara tersebut, dihadiri oleh ratusan siswa, guru, dan undangan.

Pada kesempatan ini, Emir Moise mengingatkan sejarah pertempuran atas Papua Barat di tanah airnya. Menurutnya, Papua telah mengalami beberapa perubahan pada ibukota sepanjang sejarahnya.

Sebelum Papua secara resmi menjadi bagian dari Indonesia, wilayah ini adalah bagian dari Papua Nugini, dikendalikan oleh Belanda. Selama periode kolonial Belanda, ibukota administrasi di Papua adalah Belanda.

“Nama ini digunakan selama periode kolonial Belanda dan kota ini menjadi pusat administrasi besar di wilayah Papua pada waktu itu. Nama di Belanda kemudian diubah oleh Sukarnapura menjadi 1967. Itu kemudian diubah menjadi Jayapura sejauh ini,” kata Emir.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *