PTBA: Bisnis Batu Bara Masih Cuan sampai 100 Tahun
thedesignweb.co.id, Jakarta Dunia saat ini sedang berada pada fase transisi menuju penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) atau energi baru terbarukan. Namun, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) mengumumkan bahwa investasi pada bahan bakar fosil seperti batu bara masih memiliki potensi keuntungan pada abad mendatang.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bukit Asam Tbk Farida Thamrin mengatakan perseroan bersyukur masih melihat kinerja yang sangat baik pada paruh pertama tahun 2024, meski harga batu bara saat ini relatif lebih rendah dibandingkan tahun 2023 dan 2022.
Keyakinan tersebut diungkapkan karena wilayah operasi PTBA di wilayah Sumsel memiliki cadangan batu bara yang sangat besar. Bahkan, Farida mengatakan jumlah sumber daya yang belum dieksplorasi dua kali lipat dari cadangan yang ada.
“Teman-teman investor semuanya jangan khawatir karena cadangan batu bara PT Bukit Asam masih sangat tinggi. Batubara yang tersedia sebanyak 2,98 miliar ton,” kata Farida dalam sesi *Public Expose*, Selasa (27 Agustus 2019). 2024).
“Misalnya kalau dilihat angkanya, produksi batu bara saat ini berkisar 40 juta ton. Jika dihitung-hitung, dibutuhkan waktu sekitar 90 hingga 100 tahun sebelum kita bisa mengekspor. Sementara itu, kami masih harus mengeksplorasi ladang batubara.” Lainnya sebesar 5,81 miliar ton. “Sebenarnya cadangan kita masih sangat panjang,” jelasnya. Penjualan PTBA
Dengan mengolah cadangan yang ada, PT Bukit Asam Tbk mencatatkan pendapatan sebesar Rp 19,6 triliun pada semester I 2024 dengan laba bersih sekitar Rp 2 triliun.
Farida juga mengatakan produksi batu bara perseroan masih akan bertahan di kisaran 18,8 juta ton pada semester I-2023. Namun, pada enam bulan pertama tahun ini, PTBA meraih penjualan paruh tertinggi yakni sebesar 20,1 juta ton, naik 15% dari semester I-2023. setengah tahun 2023.
“Karena stok tahun 2023 masih ada, kita pecahkan dulu agar angka penjualannya lebih tinggi dari tahun 2023 yang mencapai 20,1 juta ton,” jelas Farida.
“Penjualan tahun 2024 juga lebih tinggi 4% dibandingkan tahun 2023 yaitu Rp 19,6 triliun. Meski harga batu bara turun, kami mampu menjaga laba bersih tetap stabil di angka Rp 2 triliun,” imbuhnya.
Pencapaian pada semester pertama tahun 2024 ditopang oleh penjualan ekspor batu bara sebesar 8,5 juta ton, meningkat secara tahunan sebesar 20 persen (year-on-year) dibandingkan paruh pertama tahun 2023.
Pada kuartal II tahun ini, beberapa pasar berhasil dioptimalkan, antara lain Bangladesh dan Filipina. Potensi pasar utama juga dimaksimalkan, misalnya ekspor ke India meningkat 37 persen menjadi 3 juta ton.
Selain itu, ekspor ke Thailand, Malaysia, dan Vietnam juga mengalami pertumbuhan yang signifikan. Misalnya, ekspor ke Thailand meningkat 605% per tahun menjadi 933.000 ton. Sementara ekspor ke Malaysia naik 257% menjadi 488.000 ton dan ekspor ke Vietnam naik 164% menjadi 1,2 juta ton dari 461.000 ton.