PTPN IV Kapalkan 14.500 Ton CPO di Riau, Hasilkan Devisa USD 13 Juta
thedesignweb.co.id, Jakarta Perusahaan kelapa sawit terbesar di dunia, PTPN IV PalmCo, mengekspor 14.499.067 ton minyak sawit mentah (CPO) pada Januari hingga Agustus 2024 melalui PTPN IV Regional III yang beroperasi di Bumi Lankang Kuning, Riau. Di provinsi. .
Melalui kegiatan ekspor CPO tersebut, perseroan berhasil mendatangkan devisa senilai 13,15 juta dolar atau Rp 210,9 miliar dari tujuh ekspor dari pelabuhan Pelindo Duma, Riau.
“Selama tahun 2024, kami mengekspor CPO produksi PTPN IV Regional III sebanyak tujuh kali dari Riau ke India dengan total 14.499 ton CPO dan menghasilkan pendapatan sebesar 13,15 juta dolar bagi negara,” kata Direktur Bisnis dan Pemasaran Ryanto Visnuardi dalam keterangan tertulisnya. di Pekanbaru, Selasa (24/9/2024).
Dijelaskannya, CPO pertama dan kedua akan dioperasikan pada Maret 2024, yang total jumlahnya mencapai 3,5 juta ton CPO dengan harga pasar internasional 932-942,5 dolar AS per ton.
Pengiriman selanjutnya akan dilakukan dua kali pada Mei 2024 dengan total 4 juta ton CPO ke negara tujuan yang sama. Bulan berikutnya, perusahaan mengirimkan dua kali dengan total 4 juta ton.
Dan terakhir pada Hari Kemerdekaan 17 Agustus dengan total CPO sebanyak 3 juta ton, ujarnya.
Regional Head PTPN IV Region III Rurianto menjelaskan, kegiatan ekspor CPO ke berbagai negara di dunia merupakan bagian untuk mendukung pertumbuhan devisa. “Kami berharap dapat berperan dalam memperkuat devisa negara dengan mengekspor CPO ke pelanggan di India dan Eropa,” ujarnya.
Selain itu, meski bergerak di pasar ekspor, Ruri mengatakan PTPN IV Regional III tetap mengutamakan pemenuhan kebutuhan CPO dalam negeri. Dari total produksi CPO PTPN V sebesar 570.000 ton per tahun, hanya 6 persen yang diekspor.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlanga Hartarto menjelaskan, pemerintah sedang menguji 40% bahan bakar biodiesel (B40). Jika uji coba tersebut berhasil, implementasi akan dilakukan pada tahun 2025.
Seperti diketahui, B40 merupakan bahan bakar campuran 60% solar dan 40% bahan bakar nabati (BBN) yang berasal dari minyak sawit.
“Indonesia juga merupakan salah satu negara yang menerapkan mandatori solar dan kita sudah menggunakan B35 dan akan kita tingkatkan menjadi B40 pada tahun 2025,” kata Airlanga Hartarto dalam acara Kumparan Green Initiative di Hotel Borobudur, Jakarta, Selasa (24/9). 2024).
Airlangga mengatakan, program Biodiesel 40 menghabiskan 54,52 juta kilo, untuk menurunkan harga solar impor. Ia memperkirakan potensi penghematan devisa akibat pengurangan impor dalam negeri sebesar Rp 404 triliun.
“Jumlah yang dihemat sebesar Rp404,32 triliun,” ujarnya.
Penggunaan B40 mengurangi penggunaan minyak sawit mentah (CPO) sebagai komponen utama bahan bakar tersebut. Meski demikian, Airlangga memastikan pasokan CPO akan memenuhi kebutuhan B40.
“Cukup (CPO). Sekarang (biodiesel) B35,” ujarnya.
Selain itu, pemerintah mendorong penggunaan bahan bakar rendah sulfur. Penggunaan bahan bakar rendah sulfur dirancang untuk mengurangi emisi karbon.
“Indonesia merencanakan berbagai cara untuk menurunkannya, termasuk mengubah RON ke RON yang lebih tinggi. Alhamdulillah sudah tidak ada lagi RON 88, dan kami juga menggalakkan program berbasis baterai,” ujarnya.
Sebelumnya, Bank Indonesia mencatat neraca pembayaran Indonesia (NPI) membaik dan mendukung stabilitas eksternal pada kuartal II-2024.
Deputi Gubernur Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan NPI menunjukkan perbaikan pada paruh kedua tahun 2024 dengan mencatat defisit sebesar 0,6 miliar dolar, lebih kecil dibandingkan defisit pada triwulan I sebesar 6,0 miliar dolar. 2024.
Erwin, dikutip dari BI Page, mengatakan, Kamis (22/8/2024): “Perbaikan tersebut didukung oleh peningkatan indikator transaksi keuangan dan keuangan yang melaporkan surplus dan defisit transaksi berjalan.”
Dengan demikian, dengan memperhatikan perkembangan tersebut, tingkat cadangan devisa pada akhir bulan Juni tetap tinggi yaitu sebesar 140,2 miliar dolar atau setara dengan jumlah tiga bulan 6,2 barang dan pembayaran utang negara, dan itu di atas tingkat kepatuhan internasional sekitar 3 bulan barang dari luar negeri. .
Di sisi lain, transaksi berjalan mencatat defisit yang lebih rendah. Pada kuartal kedua tahun 2024, defisit transaksi berjalan sebesar $3,0 miliar (0,9% PDB), lebih baik dibandingkan defisit sebesar US$2,4 miliar (0,7% PDB) pada kuartal pertama tahun 2024.