Ramai di Medsos soal Monkeypox Efek Samping dari Vaksin COVID-19, Kemenkes: Tidak Ada Hubungannya
thedesignweb.co.id, Batavia Banyak pemberitaan di media sosial yang menyebut Mpox merupakan efek samping vaksin COVID-19. Terkait hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI menyebut Mpox bukan disebabkan oleh vaksin COVID-19. Tidak ada hubungan antara vaksin COVID-19 dan penyakit Mpox.
“Mpox tidak bisa disebut penyakit karena efek samping vaksin COVID-19. Tidak ada hubungannya dengan kasus tersebut,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril.
Lebih lanjut, Syahril mengatakan Mpox dan COVID-19 merupakan dua penyakit lainnya.
Mpox adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Mpox (MPXV), spesies dari genus Orthopoxvirus. Ada dua clade MPXV yaitu Clade I (dengan subclade Ia dan Ib) dan Clade II (dengan subclade IIa dan IIb). Clade Ia dan Ib memiliki manifestasi klinis yang lebih parah dibandingkan Clade II.
Sedangkan COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Sars-CoV-2 yang pertama kali ditemukan pada akhir tahun 2014 di Tiongkok. Kemudian menyebar ke seluruh dunia dan menjadi pandemi pada tahun 2020. Mpox ditemukan beberapa dekade sebelum COVID. 19
Penyakit yang sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet atau monkeypox ini muncul beberapa dekade sebelum COVID-19.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan kasus Mpox pada manusia pertama dilaporkan di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
“Sebelum ada COVID-19, Mpox sudah ada. Mpox dikabarkan sudah ada sejak tahun 1970 dan mewabah di Afrika Barat dan Tengah seperti Afrika Selatan, Pantai Gading, Kongo, Nigeria, dan Uganda,” jelas Syahril di Batavia.
Selain itu, Mpox ditemukan di Afrika, namun penularannya tidak banyak terjadi. Hanya dengan peningkatan kasus dan penyebaran kasus di negara-negara di luar Afrika, Mpox dinyatakan sebagai darurat global.
“WHO mendeklarasikan keadaan Public Health Emergency International Concern (PHEIC) untuk Mpox pada tanggal 23 Juli 2022. Indonesia juga mempunyai kasus terkonfirmasi pada saat itu, kemudian dilanjutkan pada tahun 2023 dan pada tanggal 11 Mei keadaan darurat tersebut dicabut oleh WHO.”
Pada tanggal 14 Agustus 2024, WHO Mpox PHEIC kembali menyatakan adanya peningkatan kasus di Afrika Tengah dan Barat, khususnya di Republik Kongo dan di banyak negara Afrika. lalu ada juga rumor tentang negara-negara di luar Afrika.
Syahril mengingatkan, penularan virus Mpox antar manusia bisa terjadi melalui kontak langsung. Menurut laporan global Mpox, sebagian besar pelaku seks dengan laki-laki (LSL) adalah orang yang berpengalaman.
“Dalam laporan kasus Mpox di negara-negara di dunia, banyak terjadi pada laki-laki, hampir 96 persennya adalah laki-laki dan 60 persennya adalah LSL,” kata Syahril.
Namun kasus terkonfirmasi Mpox pun pernah dialami oleh kelompok masyarakat di luar LSL akibat kontak erat dengan penderita cacar monyet.
Mpox merupakan penyakit yang menular melalui kontak langsung. Kontak langsung bisa berupa berjabat tangan, berpegangan tangan, termasuk kontak seksual, jelas juru bicara Syahril.
Namun virus Mpox dapat menular secara tidak langsung melalui benda yang terkontaminasi.
Namun ada juga yang tertular di luar kelompok ini, sehingga orang lain bisa tertular Mpox, sehingga bisa menyerang semua orang, termasuk anak-anak, jika tinggal bersama orang tua atau anggota keluarga yang positif virus Mpox. virus dari seprai, bantal, sprei dan lainnya.”