Rencana Relokasi Warga Terdampak Letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki di Flores Timur, Realisasinya?
thedesignweb.co.id, Flores Timur – Minggu malam, 3 November 2024 menjadi hari kelam bagi warga yang bermukim di kaki Gunung Lewotobi, Kabupaten Flores Timur, NTT. Di tengah kegelapan total akibat pemadaman listrik, tiba-tiba batu panas menghantam pemukiman mereka. Rumah-rumah hancur dan terbakar, sementara petir dan guntur terus terdengar di puncak Mynydd Lewotobi. Mereka bingung harus lari kemana, setiap ayah memeluk anaknya, setiap ibu berdoa, apa yang terjadi? karena sebelumnya tidak ada tanda peringatan.
Keesokan harinya, kehancuran akibat kemarahan Lewotobi terungkap. Desa Hokeng Jaya di Distrik Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur menjadi wilayah yang paling parah terkena dampak ledakan. Tim SAR kemudian merilis laporan total ada 10 orang meninggal dunia akibat kejadian tersebut. Tak hanya itu, ratusan rumah dan fasilitas umum termasuk sekolah hancur bahkan ada yang terbakar. Ribuan orang mengungsi, perekonomian terhenti, dan sekolah-sekolah ditutup.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Badan Geologi (PVMBG) segera menaikkan status Gunung Lewotobi Laki menjadi Awas (Level IV) efektif 3 November 2024 pukul 24.00 WIT. Artinya, kedua pegunungan di Flores bagian timur tersebut sedang berada pada puncak aktivitas vulkanik sehingga radius bahaya perlu diperluas untuk mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut. Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera fokus menangani pengungsi, baik yang mengungsi secara mandiri maupun yang tercipta melalui koordinasi.
Sehari setelah letusan maut tersebut, tepatnya pada 4 November 2024, Pemerintah Kabupaten Flores Timur, NTT, menyatakan keadaan tanggap darurat bencana alam letusan Gunung Lewotobi Laki. Penetapan status ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Flores Timur yang ditandatangani Pejabat Gubernur Flores Timur, Sulastri Rasyid. Keadaan darurat bencana alam ini ditetapkan selama 58 hari antara tanggal 4 November 2024 hingga 31 Desember 2024.
Negara tanggap bencana adalah keadaan dimana ancaman bencana telah terjadi dan mengganggu kehidupan masyarakat. Status tersebut ditetapkan oleh pemerintah untuk jangka waktu tertentu berdasarkan rekomendasi badan penanggulangan bencana. Dalam pelaksanaan tanggap bencana, upaya difokuskan pada penyelamatan dan evakuasi korban dan pengungsi, pemenuhan kebutuhan dasar korban dan pengungsi, perlindungan kelompok rentan, pengelolaan sumber ancaman bencana, perbaikan prasarana dan sarana kritis.
Dua pekan setelah letusan yang memakan banyak korban jiwa pada Minggu malam, 3 November 2024, Gunung Lewotobi Laki masih terus meletus. Data terakhir yang diakses tim thedesignweb.co.id, berdasarkan laporan PVMBG, berdasarkan pantauan Senin (18/11/2024), pada periode pukul 00.00-12.00 WIT, Gunung Lewotobi Laki tercatat terjadi 14 kali guncangan. dengan amplitudo 5,9-29,6 mm dan durasi gempa 15-75 detik, kemudian harmonisa 6 kali dengan amplitudo 7,4-14,8 mm dan durasi gempa 192-466 detik, serta 2 kali gempa tremor anharmonik dengan amplitudo 5,9-16,2 mm dan durasi gempa 144-594 detik.
Selama periode pengamatan, Gunung Lewotobi Laki mengalami 1 kali gempa vulkanik dangkal dengan amplitudo 22,2 mm dan durasi gempa 5 detik, kemudian 1 kali gempa tektonik dalam dengan amplitudo 14,8 mm, S-P 24,7 detik, dan durasi gempa 108 detik. . , dan 1 kali gempa tremor terus menerus dengan amplitudo 1,4-14,8 mm, mendominasi 1,4 mm. Dengan kondisi tersebut, status Gunung Lewotobi Laki-laki masih dipertahankan pada keadaan waspada (level IV). Jumlah pengungsi terus bertambah meski tidak stabil hingga mencapai puluhan ribu jiwa yang tersebar di beberapa lokasi pengungsian, di Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Sikka.
Di tengah masyarakat yang masih terkena dampak abu, muncul rencana untuk merelokasi masyarakat yang terkena dampak letusan Gunung Lewotobi Laki. Sebanyak enam desa terdampak di Kabupaten Flores Timur masuk dalam rencana relokasi yang akan dilakukan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Lantas apa yang terburu-buru, mengapa relokasi warga penyandang disabilitas terkesan mendadak dan mendesak?
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan letusan Gunung Lewotobi Laki berdampak pada enam desa yang warganya akan direlokasi. Perwakilan Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB Jarwansyah dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (17/11/2024) mengatakan, enam desa yang direkomendasikan untuk direlokasi antara lain Desa Klatanlo, Desa Hokeng Jaya, Desa Boru, Desa Nawakote (Kecamatan Wulanggitang), Desa Nobo (Ile ). Kecamatan Boleng) dan Desa Dulipali (Kecamatan Ile Bura). Sedangkan jumlah penduduk enam desa yang tercatat di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Flores Timur sebanyak 2.209 KK.
Enam desa direlokasi karena berada di kaki Gunung Lewotobi Laki atau dalam radius sekitar 4-5 kilometer dari puncak letusan, ujarnya.
Jarwansyah mengatakan, rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) adalah zona aman Gunung Lewotobi Laki berjarak enam kilometer dari puncak. Rumah warga yang berada dalam radius bahaya 4-5 kilometer akan direlokasi.
Jarwansyah yang satu per satu mengunjungi lokasi pengungsian di Flores Timur, meminta seluruh pimpinan desa dari enam desa tersebut untuk mengkomunikasikan rencana relokasi yang dijelaskan secara tertulis dalam formulir perjanjian relokasi, khususnya kepada warganya yang mencari tempat berlindung mandiri di tempat tersebut. waktu. . posisi pengungsi di luar.
“Jika warga tidak ingat Nomor Induk Kependudukan dan nomor Kartu Keluarga, tuliskan namanya sesuai KTP dan nanti akan kami periksa di Dukcapil,” ujarnya.
Dalam sosialisasi ini, petugas BNPB juga membuka kesempatan bagi kepala desa dan warga untuk memberikan rekomendasi kemana mereka ingin pindah di pemukiman barunya.
Sebab, kata dia, ada dua pilihan yang diberikan, yakni relokasi terpusat dengan lahan dan rumah yang disiapkan pemerintah, atau relokasi perseorangan dengan warga yang membangun rumahnya di atas tanah milik pemerintah. Tipe rumah yang akan dibangun adalah rumah tahan gempa tipe RISHA-36 dengan luas kavling 90 meter persegi per rumah.
BNPB memastikan pemilihan lokasi relokasi mempertimbangkan kemudahan akses warga untuk kembali mengolah aset pertanian atau perekonomiannya di lokasi lama. di dalam
Namun diakuinya, kesesuaian lokasi dan adanya konflik sosial terkait tanah adat warga di wilayah Flores Timur masih menjadi kendala dalam pencarian tanah tersebut. Jawarsyah menegaskan, pihaknya juga memiliki daftar rumah rusak yang perlu dibantu pembangunannya dengan dana stimulus, semuanya tersebar di Desa Pululera, Borukedang, dan Boru.
Program dana stimulus perbaikan rumah rusak meliputi Rp60 juta untuk rumah rusak berat, Rp30 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp15 juta untuk rumah rusak ringan. BNPB menegaskan, dana stimulus ini hanya untuk pembangunan rumah secara bertahap dan uangnya hanya bisa digunakan untuk membangun rumah, bukan untuk membeli sepeda motor, mobil atau lainnya.
Sementara itu, Menteri Perumahan dan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait atau akrab disapa Bang Ara menegaskan, pembangunan rumah relokasi harus menyertakan korban bencana yang akan menjadi calon penghuni.
“Selain hasil pendataan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhadap korban bencana yang akan direlokasi, juga harus ada dialog dengan calon warga agar tepat sasaran. Jangan sampai ada kejadian rumah tergusur. sudah dibangun, dibiarkan tanpa ada yang menghuninya,” kata Ara.
Tujuannya untuk memastikan korban bencana dapat hidup layak di rumah yang telah dibangun. Agar pekerjaan pembangunan segera terlaksana, dia meminta Ara segera melakukan pendataan untuk memastikan lokasi dan jumlah rumah yang akan dibangun.
Selain itu, perkiraan biaya pembangunan rumah beserta isinya juga akan segera diproses. Pastikan stok bahan bangunan untuk rumah tersebut sudah siap, untuk itu akan kami laporkan pada pertemuan dengan Pak Wapres besok. , “kata juru bicara itu. kata Ara.
Ara juga mengatakan, pihaknya melakukan survei di dua lokasi untuk merelokasi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki. Survei dilakukan secara komprehensif bersama pemerintah daerah, Pemerintah Pertanahan NTT, Kementerian Perumahan dan Permukiman, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi dan Kementerian Pertanian dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
“Kita sudah diinstruksikan oleh presiden dan wakil presiden untuk menggunakan pola dialog, apakah pengungsi dan anaknya mau pindah ke sini atau tidak, jawabannya ada dua, mereka mau pindah, perempuan, jawabannya adalah mereka ingin. mau pindah bapak-bapak, mereka mau pindah, alasannya karena mereka sudah “trauma karena beberapa tahun lalu kita mengalami hal yang sama dan ada korban jiwa,” ujarnya.
Ara pun mengklaim, dalam hal ini pemerintah sangat memperhatikan adat istiadat dalam proses relokasi. “Kami juga berhati-hati karena kami punya pengalaman bahwa isu-isu tradisional cukup sensitif di sini, jadi kami menghormati isu-isu normal,” ujarnya.
Hasil sementara pengumpulan data
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan, berdasarkan hasil pendataan sementara, perlu dibangun sekitar 2.700 unit rumah untuk direlokasi korban bencana.
Sejauh ini, bersama TNI/Polri dan pemerintah daerah masih mendata jumlah kerusakan yang terjadi di lapangan.
“Sudah ada dua bidang tanah yang akan direlokasi, yaitu di Lakangledang, Kecamatan Ulayat, Desa Nobo, Desa Konga (50 hektar) dan Kramak Kobasoma, Desa Kobasoma (50 hektar),” kata Letjen TNI. Suharyanto.
Kondisi Gunung Lewotobi Laki, kata Suharyanto, saat ini masih erupsi dan masyarakat juga menyadari tidak bisa kembali ke kampung halaman karena terkena dampak. Data berhasil dihimpun, hingga delapan desa di wilayah tersebut dengan total 2.905 rumah terkena dampak ledakan.
“Masih ada ribuan rumah yang terdaftar, baik yang sudah dipindahkan semuanya atau ada yang pindah secara mandiri, dua poin ini sudah disampaikan Pak Menteri, tentu ada pengalaman dan kita sudah berdialog bahwa masyarakat ingin sampai ke titik itu. atau ada titik lain yang dekat dengan keluarganya,” ujarnya.
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM Hadi Wijaya menilai kedua titik lokasi usulan relokasi warga aman dari dampak letusan. dari Gunung Lewotobi Laki.
“Kami melakukan survei di dua tempat, dari segi keamanan gunung berapi, karena jaraknya 15 kilometer maka aman, kemudian satu lagi dalam radius 10 kilometer, sehingga masih aman di wilayah tersebut. zona bahaya, maka aman dari longsor, ujarnya.
CEO Tai Sedan Iwan Suprijanto mengatakan, untuk pembangunan rumah bagi korban bencana saat ini sudah tersedia teknologi rumah sederhana sehat (risha) dan rumah sistem panel mendadak (ruspin) yang terbukti cepat dan tahan lama.
“Kita sudah punya daftar di katalog pembelian barang dan jasa, semuanya usaha kecil dan menengah. Kita sudah siapkan rencana pembangunannya, kalau semua data sudah dicek, kita bisa mulai pembangunannya pada pertengahan Desember 2024. dan targetnya selesai April 2025,” kata Iwan.
Menteri Pertanian dan Perencanaan Daerah/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid mengungkapkan, lahan perumahan korban bencana letusan Gunung Lewotobi Laki di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) normal dan telah. disetujui oleh suku tradisional.
“Ini negara ulayat, punya adat dan suku adat yang sepakat,” kata Nusron di Jakarta, Kamis.
Tugas Kementerian ATR/BPN, lanjutnya, adalah menyiapkan lahan dan memastikan lahan pemukiman korban Gunung Lewotobi berstatus clean and clear.
“Tugas kami menyiapkan lahan dan memastikan lahannya bersih dan bersih karena kami ingin membangunnya untuk rumah bukan untuk rumah warga terdampak,” ujarnya.
Menurut Nusron, permukiman warga terdampak bencana erupsi Gunung Lewotobi akan dibangun Kementerian Perumahan dan Permukiman.
“Kami sedang siapkan lahannya, lahannya harus clean and clear,” ujarnya.
Sebagai informasi, Menteri Pertanian dan Perencanaan Daerah/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Nusron Wahid telah menyiapkan lahan seluas 50 hektare untuk relokasi korban letusan Gunung Lewotobi Laki-Laki, Nusa Tenggara Timur ( NTT).
Kewenangan Kementerian ATR/BPN adalah memastikan tersedianya lahan untuk relokasi korban bencana.
Guna mempercepat proses penanganan bencana erupsi Gunung Lewotobi Laki, Nusron akan mengecek kembali lahan yang akan direlokasi dalam waktu dekat.
Kata Wakil Presiden Gibran
Guna membatasi potensi konflik yang mungkin timbul saat relokasi warga terdampak Gunung Lewotobi Laki, Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya dialog dengan warga sebelum memutuskan relokasi.
“Proses pemukiman kembali masih harus dijajaki di banyak tempat, pastikan berdialog terlebih dahulu dengan warga saat menentukan titik lokasi baru,” ujarnya saat rakor usai meninjau Pos Pengungsi Kobasama di Desa Kobasoma, Titehena. . Kelas, Kamis lalu.
Gibran mengatakan hal itu menanggapi rencana Kementerian Perumahan dan Cipta Karya yang akan melakukan survei lokasi untuk merelokasi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki. Ia menambahkan, dialog sangat diperlukan agar masyarakat dapat memanfaatkan infrastruktur yang akan dibangun.
“Jadi jangan sampai dibangun tapi lokasinya tidak ditempati, pastikan nanti oleh pemangku kepentingan daerah, gubernur, gubernur, kalau fasilitas umum (fasilitas umum) sudah siap,” ujarnya.
Gibran juga menekankan kemudahan administrasi dan birokrasi sehingga masyarakat yang terdampak bencana alam dapat tertolong secepatnya.
“Bapak ibu sekalian, warga pengungsian ini sudah dalam keadaan sulit. Jangan mempersulit birokrasi dengan proses asesmen yang rumit. Kita ingin cepat, kita ingin prioritaskan warga yang bermasalah di sini,” tegasnya. .
Pantauan terkini tim daerah thedesignweb.co.id di lapangan menemukan ada dua lokasi relokasi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki di Kabupaten Flores Timur yang kini dibatalkan pemerintah pusat.
Pembatalan pasca dua lokasi relokasi di sekitar Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, berpotensi menimbulkan konflik karena proses pengusulan oleh Pemerintah Daerah Flores Timur terkesan sembrono atau tergesa-gesa tanpa adanya dialog dengan tokoh masyarakat.
Pj Gubernur Flores Timur Sulastri Rasyid mengaku belum menemukan lokasi yang tepat setelah lokasi semula dibatalkan pemerintah pusat.
“Pekerjaan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dalam waktu singkat, kami disuruh mencari lahan. Dua lokasi semula sudah tidak ada lagi, sehingga kami sempat jajaki bersama Pak Menteri,” ujarnya. ungkapnya, Senin (18/11/2024).
Sejak dibatalkan, pemda meninjau lokasi lain yang disebut berada di kawasan Desa Lewolaga, Kecamatan Titehena. Namun, tidak ada pendekatan atau dialog dengan pemilik rumah dan perwakilan masyarakat di lokasi baru.
“Belum stabil. Kami belum ketemu pemiliknya, tapi kementerian sudah sepakat. Dari segi teknis semuanya baik-baik saja,” ujarnya.
Sulastri menjelaskan, selain di lokasi yang disediakan pemerintah, warga juga bisa menawarkan lokasinya sendiri, namun harus berada di zona aman yakni berjarak 8 kilometer dari pusat letusan Gunung Lewotobi Laki.
“Yang penting sekarang kami mau memukimkan kembali dulu mereka yang ingin mandiri. Kami siap membangun pengungsi yang punya tanah di luar radius 7 kilometer,” ujarnya.
Kabupaten Flores dikenal sebagai salah satu wilayah di Indonesia yang rawan konflik pertanahan. Konflik pertanahan seringkali berujung pada perang antar desa. Seperti yang terjadi baru-baru ini di Desa Bugalima, puluhan rumah di desa tersebut dibakar oleh warga desa Ilepati yang mengaku sebagai pemegang sah tanah adat.
Seperti dilansir thedesignweb.co.id, di Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT, Senin pagi, 21 Oktober 2024, kembali terjadi perang antar desa. Konflik berdarah tersebut melibatkan warga Desa Ilepati dan Bugalima, Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara.
Kapolsek AKBP Flores Timur I Nyoman Putra Sandita mengatakan, bentrokan tersebut menyebabkan 51 rumah milik warga Desa Bugalima terbakar.
Selain rumah, empat warga Desa Bugalima juga mengalami luka tembak dan satu orang meninggal dunia. Empat warga yang terkena tembakan adalah AF (56), AP (189, MS (37) dan DO (26). “Empat orang luka terkena tembakan senapan angin dan satu warga meninggal dunia akibat luka bakar,” ujarnya.
Warga yang meninggal berhuruf SI (70). Beliau (korban) terkena stroke. Rumahnya terbakar, kata Nyoman Putra.
Nyoman Putra menjelaskan, perang wilayah yang memakan korban jiwa ini dipicu oleh konflik pertanahan adat yang sudah berlangsung sejak tahun 1970. Meski sempat dilakukan mediasi pada tahun 1990-an oleh Forkopimda Kabupaten Flores Timur, namun kesepakatan mengenai perbatasan wilayah telah terjadi. lahan sengketa belum tercapai.
Terakhir, pada Juli 2024, setelah dilakukan pengukuran oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), ketidakpuasan masyarakat terus berlanjut hingga pecah perang antara kedua desa tersebut. Kejadian ini patut menjadi pembelajaran berharga sebagai peringatan kepada pemerintah pusat sebelum memutuskan melakukan rehabilitasi.
Meski penolakan warga terus berlanjut, pemerintah pusat tetap melanjutkan proses relokasi warga terdampak erupsi gunung Lewotobi Laki. Menteri Perumahan dan Permukiman Muruarar Sirait bahkan mengatakan, pembangunan rumah permanen baru (huntap) bagi warga terdampak letusan Gunung Lewotobi Laki di Nusa Tenggara Timur (NTT) telah dilakukan dengan menggunakan teknologi perumahan yang tahan gempa. Teknologi yang digunakan adalah rumah prefabrikasi yang dapat dibangun dari panel Rumah Instan Sehat Sederhana (RISHA) atau Rumah Instan Superior Sistem Panel Instan (RUSPIN).
RISHA sendiri merupakan penemuan teknologi konstruksi knockdown yang dapat dibangun dengan cepat, oleh karena itu disebut rumah instan. Meski konstruksinya lurus, namun tetap menggunakan beton bertulang sebagai struktur utamanya. Rumah ini diklaim menjadi solusi berbasis teknologi terkini di bidang perumahan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk Indonesia yang rawan gempa.
RISHA dirancang untuk menahan potensi gempa bumi bergerak horizontal. Inovasi ini didasari oleh kebutuhan untuk mempercepat penyediaan perumahan dengan harga terjangkau dengan tetap menjaga kualitas bangunan sesuai standar (SNI).
Dikutip dari website Kementerian PUPR, secara singkat prinsip pekerjaan konstruksi RISHA dilakukan di dua tempat, yaitu di industri komponen dan instalasi di lokasi. Kedua proses ini dapat dilakukan secara berdampingan, yaitu ketika lokasi sudah siap untuk penyiapan lahan dan pembangunan infrastruktur, komponen-komponen tersebut diproduksi di bengkel. Jika komponen sudah siap dan lokasi sudah siap, komponen dapat langsung dirakit di lokasi.
Menurut Kementerian PUPR, produk RISHA banyak digunakan untuk membangun kembali permukiman pasca bencana tsunami di Nagroe Aceh Darussalam dan Nias. Buku tentang RISHA juga diterbitkan secara nasional dengan oplah sekitar 4.000 eksemplar.
RISHA telah diterapkan dan direplikasi oleh para pemangku kepentingan termasuk beberapa UKM. Respon pengguna terhadap produk ini cukup tinggi dan saat ini kebutuhan pembangunan villa semakin banyak, banyak yang tertarik untuk memiliki bangunan ini karena keunikannya, sedangkan permasalahan bagi kelompok berpendapatan rendah adalah belum adanya sistem pendanaan yang dapat memfasilitasi kemampuan mereka, minat terhadap teknologi ini relatif tinggi.
Sementara itu, Pengamat Gunung Api Surono atau akrab disapa Mbah Rono saat dihubungi thedesignweb.co.id, Senin (18/11/2024) mengatakan, ada dua langkah yang bisa dilakukan dalam penanganan atau mitigasi bencana di dunia nyata, yaitu penjarakan (relokasi). masyarakat yang terancam ancamannya, dan apabila tidak dapat direlokasi karena berbagai sebab, lakukan analisis risiko bencana.
“Ketika ditemukan hasil analisis risiko bencana maka dilakukan upaya untuk mengurangi dampak bencana yaitu mitigasi dan adaptasi,” kata Surono.
Surono juga menegaskan, peta kawasan rawan bencana (KRB) erupsi Gunung Lewotobi Laki pasti sudah ada. Masyarakat masih harus mendapatkan bantuan dari pemerintah setempat untuk mengetahui daerah mana yang rentan dan mana yang aman.
“Dengan KRB kita bisa mengidentifikasi wilayah yang aman dan rawan bencana. Jika ada ancaman ledakan bisa ditentukan dengan cepat,” ujarnya.
Surono sendiri mengatakan, jika ingin direlokasi, tidak masalah rumahnya apa, kecuali ada catatan untuk mitigasi gempa akibat aktivitas gunung berapi. Penting bagi Surono, pembangunan rumah baru harus berada di luar zona KRB dan tidak dibangun di bantaran sungai yang berhulu langsung dari Gunung Lewotobi Laki.