DESIGN WEB Saham Udang Kaesang Nangkring di Jajaran Top Loser, Ini Biang Keroknya
thedesignweb.co.id menemukan anak usaha Kaesang Pangarep Jakarta, PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP) menjadi salah satu yang paling merugi atau merugi terbesar pada pekan ini. Antara tanggal 23 dan 27 September 2024, PMMP turun 23,20% menjadi 149 dari 194 pada minggu sebelumnya, menempatkannya di puncak grafik pecundang terbesar minggu ini.
Merujuk data RTI, saham PMMP terpantau berada di zona merah setelah mengumumkan kinerja semester I pada Senin 23 September 2024 di sesi pengungkapan bursa. Untuk periode yang berakhir 30 Juni 2024, perseroan mencatatkan kerugian sebesar $12,84 juta. Faktanya, perusahaan masih memperoleh keuntungan sebesar $3 juta pada paruh pertama tahun lalu.
Hingga berita ini diturunkan, saham PMMP turun 7,69% ke level 180 pada Selasa 24 September 2024. Pelemahan berlanjut hingga penutupan hari Jumat, dengan saham PMMP stabil di angka 149 Year-to-date (YTD), saham PMMP anjlok 43,13%.
Kerugian periode berjalan yang diakui pada semester pertama tahun 2024 konsisten dengan keuntungan yang semakin berkurang. Pada paruh pertama tahun 2024, perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar 59,9 juta USD, turun 40,18% dibandingkan pendapatan yang tercatat sebesar 100,14 juta USD pada paruh pertama tahun 2023.
Selain penurunan pendapatan, harga pokok penjualan pada paruh pertama tahun 2024 turun menjadi $61,46 juta dari $85,2 juta yang tercatat pada paruh pertama tahun 2023. Meski mengalami penurunan, harga pokok penjualan pada 6 bulan pertama tahun 2024 masih tetap sama. lebih tinggi dibandingkan pendapatan pada periode yang sama. Akibatnya, perusahaan mencatat kerugian kotor sebesar 1,56 juta USD.
Perusahaan mencatat beban operasional sebesar $6,73 juta pada paruh pertama tahun 2024, dibandingkan dengan beban operasional sebesar $6,37 juta pada paruh pertama tahun 2023. Hal ini mengakibatkan perusahaan mencatat kerugian operasional sebesar 8,29 juta USD pada kuartal pertama tahun 2024. .
Hingga Juni 2024, perseroan mencatatkan beban lain-lain sebesar Rp4,56 juta. Pengeluaran ini lebih tinggi dibandingkan semester pertama tahun lalu yang tercatat sebesar 4,19 juta USD.
Setelah mempertimbangkan beban pajak, perseroan mencatatkan kerugian sebesar USD 12,84 juta atau sekitar Rp 195,11 miliar pada tahun tersebut. Faktanya, perusahaan masih memperoleh keuntungan sebesar $3 juta pada paruh pertama tahun lalu.