Saham

Sektor Nikel Dihantui Tekanan Harga Jual, Simak Rekomendasi Saham INCO

Liputan6.com, Jakarta Sektor nikel Indonesia menghadapi prospek yang beragam. Tekanan harga jangka pendek terus berlanjut karena lemahnya permintaan di Tiongkok, konsumen global terbesar.

Namun, peluang pertumbuhan jangka menengah muncul melalui inisiatif hilir di Indonesia, khususnya penerapan teknologi pelindian asam bertekanan tinggi (HPAL) untuk produksi lumpur hidroksida campuran (MHP).

Memperhatikan hal tersebut, Mirae Asset Sekuritas Indonesia tetap bersikap netral terhadap PT Vale Indonesia Tbk (INCO).

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rizkia Darmawan menjelaskan INCO menunjukkan ketahanan meskipun ada tekanan jangka pendek dari penurunan harga nikel dan tantangan biaya.

Margin diperkirakan akan mengalami kontraksi pada tahun 2024 karena tekanan biaya yang terus berlanjut, sementara peningkatan efisiensi biaya dan penurunan harga input energi diperkirakan akan mendukung pemulihan margin dan pertumbuhan laba pada tahun 2025.

INCO memiliki posisi strategis untuk mendapatkan manfaat dari inisiatif hilirisasi nikel di Indonesia, khususnya proyek HPAL di Morowali dan Pomala, yang diperkirakan akan mengalami pertumbuhan permintaan dalam jangka menengah dan panjang.

“Proyek-proyek tersebut menawarkan potensi perbaikan yang signifikan seiring dengan kemajuan konstruksi dan perbaikan di sektor hilir,” jelas Riskia dalam risetnya, Rabu (12/11/2024).

Fokus INCO pada efisiensi biaya, dengan mengandalkan energi bersih dari pembangkit listrik tenaga air, memperkuat komitmennya terhadap keberlanjutan sekaligus mendukung posisi kompetitifnya dalam hal biaya.

 

Hal ini memberikan keuntungan strategis bahkan pada saat harga nikel bergejolak.

Mirae Asset Sekuritas INCO dihargai Rp 4.370 per saham, menunjukkan EV/EBITDA sebesar 6,5x (-0,5 SD 5 di bawah rata-rata historis).

Risiko-risiko utama mencakup pelemahan harga nikel yang berkepanjangan, penundaan konstruksi, dan pemulihan permintaan dari Tiongkok yang lebih lambat dari perkiraan.

Di sisi lain, penyelesaian proyek-proyek hilir yang lebih cepat, efisiensi operasional yang lebih baik, dan permintaan yang lebih kuat dapat membuka potensi pertumbuhan.

“Dalam pandangan kami, stabilitas operasional INCO, alur proyek strategis, dan struktur biaya yang berbasis keberlanjutan menempatkan INCO dalam mengelola tantangan saat ini sambil memanfaatkan peluang yang muncul dalam industri nikel yang sedang berkembang di Indonesia,” kata Riskia.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *