Global

Studi Ungkap Alasan Aurora Jupiter Lebih Berwarna

thedesignweb.co.id, Jakarta – Aurora merupakan fenomena alam yang menghasilkan cahaya warna-warni yang terlihat menari-nari di langit malam. Aurora disebabkan oleh interaksi antara medan magnet bumi dan partikel bermuatan yang dipancarkan Matahari.

Bumi bukan satu-satunya planet yang memiliki aura. Ada banyak planet di Bima Sakti yang memiliki aurora di atmosfernya, salah satunya Jupiter.

Bahkan Jupiter memiliki aura yang lebih menakjubkan. Menariknya, planet terbesar di Bima Sakti ini tidak hanya memiliki satu jenis aurora, melainkan dua aurora sekaligus.

Melansir laman NASA, Rabu (23/10/2024), para astronom menggunakan Teleskop Luar Angkasa Hubble milik NASA/ESA untuk mempelajari aurora kutub planet terbesar di Tata Surya tersebut. Program pengamatan tersebut juga didukung oleh pengukuran yang dilakukan oleh pesawat luar angkasa Juno milik NASA saat melakukan perjalanan menuju Jupiter.

Gambar aurora di atas berasal dari dua pengamatan Hubble yang berbeda. Foto ini diambil selama serangkaian pemotretan yang diambil dengan spektograf dalam sinar ultraviolet.

Hal ini secara bersamaan diamati oleh pesawat ruang angkasa Juno saat memasuki orbit Jupiter. Aurora Jupiter sangat dramatis dan merupakan aurora paling aktif yang pernah dilihat.

Tidak hanya lebih besar, aurora Jupiter juga ratusan kali lebih energik dibandingkan aurora di Bumi. Berbeda dengan aurora di Bumi, aurora di Jupiter bersifat permanen.

Aurora paling intens di Bumi disebabkan oleh badai matahari, ketika partikel-partikel panas jatuh ke atmosfer bagian atas, menciptakan gas di atmosfer yang bersinar merah, hijau, dan ungu. Namun, Jupiter memiliki sumber aurora tambahan.

Medan magnet raksasa gas yang kuat menangkap partikel bermuatan di sekitarnya, bukan hanya partikel bermuatan dari angin matahari. Namun partikel lain juga terlempar ke atmosfer Io, bulan alami Jupiter, yang diketahui sering mengalami letusan gunung berapi.

 

Para astronom juga menemukan aurora sinar-X di kutub utara dan selatan Jupiter. Aurora kutub ini beroperasi secara mandiri dan tidak saling berhubungan.

Menggunakan penelitian terbaru yang menggunakan Observatorium Sinar-X Chandra milik NASA dan Observatorium XMM Newton milik ESA, para ilmuwan berhasil memotret emisi sinar-X Jupiter. Faktanya, para ahli telah mengidentifikasi titik panas sinar-X di setiap kolom.

Masing-masing titik panas tersebut dapat mencakup area seluas setengah permukaan bumi. Tim peneliti menemukan kedua titik panas tersebut memiliki karakteristik yang sangat berbeda.

Sinar-X dari kutub selatan Jupiter berdenyut secara teratur setiap 11 menit. Sebaliknya, sinar-X yang terlihat di Kutub Utara tidak berubah karena kecerahannya semakin berkurang sehingga tampaknya tidak ada kaitannya dengan pancaran dari Kutub Selatan.

Aurora sinar-X belum pernah ditemukan di raksasa gas lain di tata surya kita, termasuk Saturnus. Aurora Jupiter juga berbeda dengan Bumi yang saling memantulkan karena memiliki medan magnet yang sama.

Untuk memahami bagaimana Jupiter dapat menghasilkan aurora sinar-X, para peneliti berencana menggabungkan data sinar-X dari Chandra dan XMM-Newton dengan informasi dari misi satelit Juno NASA. Jika mereka dapat menghubungkan aktivitas sinar-X dengan perubahan fisik yang diamati di Juno, para ilmuwan mungkin dapat menentukan dengan tepat proses yang menghasilkan aura Jupiter dan menghubungkannya dengan sinar-X di planet lain.

(kejujuran)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *