Studi Ungkap, Punya Badan Kurus Atau BMI Rendah Tak Menjamin Bebas Diabetes
Lipotan6.com, Jakarta-So Far, kami cenderung menghubungkan diabetes tipe 2 dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa bahkan individu dengan indeks massa tubuh rendah (indeks massa tubuh atau BMI) juga berisiko mengembangkan diabetes. Temuan ini adalah peringatan bahwa risiko penyakit ini jauh lebih kompleks daripada angka dalam skala.
Dalam sebuah penelitian yang mencakup hampir 45.000 peserta, para peneliti mencoba memahami faktor -faktor kunci yang merangsang perkembangan ancestrabetes pada diabetes. Hasilnya menunjukkan bahwa bobot hanyalah salah satu dari banyak faktor bermain.
Selain BMI, para peneliti juga menemukan bahwa kadar usia, jenis kelamin, dan plasma (glukosa plasma atau FPG)-jumlah gula darah setelah pasca-ke-ini memiliki dampak yang signifikan pada risiko diabetes.
“Studi ini menekankan bahwa distribusi diabetes meningkat di dunia dan kita harus menekankan pentingnya pencegahan, terlepas dari riwayat kedokteran. Risiko ini meningkatkan semua jenis pasien, termasuk mereka yang memiliki BMI rendah,” kata Danielle Brooks, seorang ahli endokrin dari Rumah Sakit Universitas North. Individu dengan BMI rendah juga dalam bahaya diabetes
Sebuah studi yang diterbitkan dalam jaringan Open Journal Cave baru -baru ini menganalisis peserta dengan usia rata -rata 43,7 tahun dan 28,9 berat kategori BMI. Level FPG mereka berkisar dari normal (70-100 mg / dL) hingga pradiabetes (100-125 mg / dL).
Selama periode pemantauan rata -rata 6,8 tahun, sebanyak 8,6% peserta mengembangkan diabetes, dan angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi 12,8% dalam 10 tahun ke depan.
Salah satu temuan paling aneh adalah bahwa level FPG di atas 80 hingga 94 mg / dL – meskipun masih dianggap normal – ternyata terkait dengan peningkatan risiko diabetes. Selain itu, mereka yang berada dalam kategori rendah BMI juga memiliki risiko lebih tinggi.
“Penulis mengklaim bahwa individu dengan BMI rendah dapat merasakan kekurangan gizi, yang dapat meningkatkan risiko resistensi insulin dan mengembangkan diabetes. Ini adalah faktor yang biasanya tidak dihitung,” jelas Brooks.
Siapa yang memiliki risiko lebih tinggi?
Studi ini juga menemukan bahwa pria lebih sensitif terhadap diabetes daripada wanita. Usia yang lebih tua juga dikaitkan dengan peningkatan risiko.
Para peneliti mengidentifikasi hubungan dekat antara FPG dan BMI dalam menentukan risiko diabetes. Sebagai contoh, seorang wanita berusia 55 tahun dengan BMI normal (18.5-24.9) dan level FPG 95-99 mg / dL memiliki kemungkinan 7% diabetes dalam 10 tahun. Namun, jika BMI meningkat menjadi 30-34,9, risikonya hampir dua kali lipat menjadi 13%. Jika konten FPG melonjak ke 205-209 mg / dL, risikonya meningkat menjadi 28%.
Keterbatasan Penelitian
Meskipun penemuan ini menarik, penelitian ini memiliki pembatasan, terutama karena 87% dari peserta Kaukasia. Ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana ras dan etnis dapat mempengaruhi risiko diabetes.
“Kita tahu bahwa risiko diabetes lebih tinggi pada beberapa kelompok etnis,” kata Brooks. “Diperlukan beberapa studi untuk memahami bagaimana faktor ini dapat memengaruhi pencegahan dan strategi perawatan pribadi lebih lanjut.”
Saat ini, Amerika Serikat menghadapi epidemi obesitas, dengan hampir 98 juta orang menderita pradiabetes, dan lebih dari 38 juta diabetes tipe 2.
Menurut Brooks, temuan ini menunjukkan bahwa dokter harus lebih sadar akan risiko diabetes pada semua pasien, bukan hanya kelebihan berat badan atau riwayat keluarga penyakit ini.
“Kita harus lebih sadar akan tren kesehatan seperti itu,” katanya.
Para peneliti berharap bahwa temuan ini dapat membantu dokter dan pasien menerapkan perubahan dalam gaya hidup dan intervensi farmakologis yang tepat untuk mengurangi risiko diabetes dan efek kesehatan mereka.
2022. Diabetes menyebabkan 101.209 kematian di Amerika Serikat, menjadikannya penyebab kematian tertinggi di negara itu.
Saat ini, metformin masih merupakan pilihan utama dalam pengobatan pradiabetes dan pencegahan diabetes tipe 2.
Bagi mereka yang tidak mau minum obat, ada banyak langkah yang dapat diambil untuk secara alami mengurangi risiko diabetes.
“Menjalani gaya hidup sehat, termasuk pencapaian sejumlah aktivitas fisik yang direkomendasikan, adalah dasar utama untuk pencegahan diabetes,” kata Brooks, yang merekomendasikan olahraga setidaknya 150 menit per minggu.
Selain itu, retensi makanan juga memainkan peran besar. Dengan 60% dari diet masyarakat Amerika berasal dari makanan ultra-oral seperti sereal manis, pizza beku dan keripik kentang, perubahan kebiasaan makan untuk kunci.
Brooks menyarankan diet karbohidrat yang rendah dan protein tinggi untuk mempertahankan berat badan jangka panjang yang sehat dan mengurangi risiko diabetes.