Stunting Bisa Tingkatkan Risiko Anak Terkena Tuberkulosis
Liputan6.com, Jakarta – Kehancuran dapat meningkatkan risiko penyakit tuberkulosis atau TBC pada anak. Disebutkan Nopian Andusti, Deputi Bidang Kesejahteraan Keluarga dan Penguatan Keluarga (KSPK) BKKBN, berkurangnya imunitas akibat masalah gizi dapat meningkatkan risiko anak tertular TBC aktif.
“Hilangnya nafsu makan pada anak penderita TBC akibat berkurangnya imunitas akibat masalah gizi dapat meningkatkan risiko terkena TBC aktif, sedangkan TBC yang tidak segera diobati dapat mengganggu tumbuh kembang anak dan menyebabkan stunting. – kata Nopian di Jakarta pada acara Grand Parents (Kerabat) yang mengangkat topik “Pengenalan dan Pencegahan Tuberkulosis pada Anak Usia Dini”, Jumat, lapor ANTARA.
Menurut Nopian, Indonesia termasuk dalam delapan negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi.
“Indonesia merupakan salah satu dari delapan negara yang menyumbang 2/3 kasus tuberkulosis dunia. Hasil survei tertulis tahun 2023 menunjukkan prevalensi TBC paru pada kelompok umur di bawah satu tahun sebesar 0,08 persen, 1-4 tahun. tua sebesar 0,42 persen, dan “untuk kelompok umur 5-12 tahun sebesar 0,18 persen,” kata Nopian.
Sementara itu, dokter spesialis obstetri-ginekologi Hasto Vardojo yang menjabat Kepala BKKBN pada 2019-2024 mengatakan, jumlah kasus TBC akan meningkat drastis pada tahun 2022. Oleh karena itu, Hasto menekankan pentingnya vaksin Bacills Calmette Guerin (BCG) yang diberikan kepada anak sebelum usia 1 bulan untuk mencegah penularan penyakit tersebut.
“Peningkatan kasus TBC pada tahun 2022 pascapandemi sangat cepat. “TB pada anak kecil cukup serius karena mengganggu tumbuh kembang otak,” jelas dr Hasto.
Hasto juga menekankan pentingnya pemahaman orang tua terhadap TBC yang resistan terhadap obat.
“Saat ini ada TBC yang resistan terhadap obat, hati-hati setiap ibu, memang benar vaksinasi itu penting, begitu anak lahir segera divaksin untuk mencegah TBC, karena TBC terus bertambah, maka ada yang baru. jenis vaksin, resisten terhadap obat Jadi jika TBC “resisten terhadap obat, obat apa pun yang Anda berikan tidak akan berhasil,” katanya.
Menurut Hasto, kesehatan lingkungan juga penting bagi masyarakat karena TBC juga disebabkan oleh rumah yang kotor.
“Jadi, di rumah yang kotor, tidak ada ventilasi, dan lembab (penularannya) sangat cepat menular, sehingga jika satu orang tertular TBC, bisa menular ke orang lain,” jelasnya.
Sebagai informasi: anak balita merupakan kelompok rentan terhadap TBC. Menurut Kementerian Kesehatan, 100.726 anak di Indonesia akan tertular TBC pada tahun 2022. Jumlah tersebut adalah anak-anak berusia 0 hingga 14 tahun. Rinciannya, 57.024 anak usia 0-4 tahun tertular TBC.