Survei: 85 Persen Warga Jepang Anggap Negatif Kunjungan Wisatawan Asing ke Taman Nasional
thedesignweb.co.id, Jakarta – Survei pemerintah Jepang yang dirilis pada Jumat, 25 Oktober 2024 menemukan lebih dari 85 persen responden berpandangan negatif terhadap wisatawan asing yang berkunjung ke taman nasional Jepang. Orang asing diketahui khawatir bahwa kunjungan ke gaijin dapat mengakibatkan perilaku buruk dan pelanggaran aturan.
“Kami berupaya meningkatkan kesadaran dan langkah-langkah untuk memanfaatkan taman nasional dengan benar,” kata seorang pejabat kementerian lingkungan hidup ketika hasil survei dirilis melalui komponen pilihan ganda.
Survei tersebut, yang diselenggarakan oleh 20 menteri kabinet Jepang, mensurvei 3.000 orang secara nasional dari Juli hingga Agustus, menurut Kyodo pada 27 Oktober 2024. Sekitar 1.750 orang menjawab benar.
Selain temuan terkait kekhawatiran warga, sekitar 10,3 persen responden menentang kedatangan wisatawan ke taman nasional. Hal ini tidak lepas dari banyaknya daerah di Jepang yang terkena dampak negatif pariwisata, seperti kemacetan lalu lintas dan pariwisata yang berlebihan.
Meningkatnya jumlah wisatawan asing menimbulkan pertanyaan apakah pengunjung taman harus dikenakan biaya untuk pemeliharaan dan fasilitas. Saat ini, tidak ada taman nasional di Jepang yang memberlakukan biaya masuk, jam buka, atau waktu tutup, menurut Organisasi Pariwisata Nasional Jepang.
Dalam jajak pendapat yang dilakukan satu-satunya dalam survei tersebut, 71,6 persen responden mengatakan pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus menanggung sebagian biaya pemeliharaan dan peningkatan fasilitas seperti jalur pendakian dan toilet. Pengunjung juga berkontribusi melalui biaya pengguna.
Sekitar 13,8 persen berpendapat bahwa seluruh biaya pemeliharaan harus ditanggung oleh pemerintah, sementara 12,5 persen lebih memilih seluruh biaya ditanggung oleh tamu. Mengenai biaya masuk, 41,0 persen responden mendukung batas maksimum ¥500 (US$51,5 ribu) dan 35,3 persen mendukung batas maksimum ¥1,000 (sekitar 103 ribu).
Namun survei menemukan pandangan positif wisatawan asing yang berkunjung ke taman nasional. Sebanyak 45,9 persen mengharapkan hasil ekonomi, yang merupakan respons tertinggi kedua, dan 28,3 persen mengatakan mereka berharap lebih banyak wisatawan akan membantu pemulihan kawasan.
Sejumlah destinasi wisata populer di Jepang sudah menerapkan aturan kunjungan berbayar di masa lalu. Salah satunya milik para pendaki Gunung Fuji.
Biaya masuknya adalah ¥2.000 (Rp 218.490,06) dan sumbangan sukarela ke Jalur Yoshida. Pemerintah juga menerapkan kuota maksimal 4.000 pendaki per hari. Pengenalan sistem pemesanan online juga dilakukan untuk meningkatkan keselamatan dan mengurangi dampak lingkungan.
Langkah yang dilakukan justru mempengaruhi tingkat kunjungan. Jumlah pendaki Gunung Fuji di Jepang turun 14 persen tahun ini selama musim pendakian. Penurunan ini terlihat sejak awal Juli hingga awal September.
Meski jumlah wisatawan asing yang berkunjung ke Jepang meningkat, jumlah pendaki turun menjadi sekitar 18 juta pada paruh pertama tahun 2024, demikian laporan kantor berita AFP pada Jumat, 13 September 2024. Kegiatan untuk meningkatkan stabilitas dan kualitas Jepang pengalaman pendakian di Gunung Fuji yang dikenal sebagai situs ziarah dan simbol budaya Jepang.
Kebijakan baru ini juga akan berdampak positif terhadap pemeliharaan dan pengelolaan jalur pendakian. Dengan terbatasnya pendaki, pihak berwenang dapat lebih efektif dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan fasilitas dan menjaga kondisi jalan yang baik.
Selain itu, mengurangi jumlah pendaki membantu mengurangi dampak lingkungan dari populasi besar, seperti kerusakan vegetasi dan polusi. Upaya ini merupakan bagian dari strategi berkelanjutan untuk memastikan Gunung Fuji dapat dinikmati oleh generasi mendatang tanpa mengorbankan keindahan alam atau nilai budaya yang ada.
Menurut Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, data jumlah pendaki dikumpulkan menggunakan perangkat inframerah yang dipasang di empat jalur utama pendakian gunung tersebut. Kementerian mencatat sekitar 178.000 pendaki pada musim panas ini, jauh lebih sedikit dibandingkan tahun lalu dan 200.000 pendaki selama pandemi.
Bali sedang menghadapi masalah kepadatan penduduk, terutama di wilayah selatan. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kian gencar berupaya menarik wisatawan dengan merilis paket wisata 3B Banyuwangi – Bali Barat – Bali Utara pada 20 September 2024.
Banyuwangi dijadikan pintu masuk paket wisata. Wilayah paling timur Pulau Jawa ini bisa dijangkau melalui jalur darat maupun udara dari berbagai kota di Pulau Jawa. Selain itu, wisatawan yang ingin berwisata ke Bali Utara dan Bali Barat dapat menggunakan speedboat dari Pantai Boom di Banyuwangi menuju Low, singgah di Desa Pemuteran di Kabupaten Buleleng.
Perjalanan semakin menyenangkan karena Anda bisa menikmati indahnya pemandangan alam Taman Nasional Bali Barat dari kejauhan. Jika beruntung, orang yang lewat akan disambut oleh segerombolan lumba-lumba.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno optimistis paket wisata ini akan menarik minat banyak wisatawan. Karena selain mengunjungi Lovina, desa Pemuteran memiliki berbagai atraksi seperti wisata religi dan salah satu event terbaiknya yaitu Pemuteran Bay Festival. “Dengan speedboat, mereka (penumpang) bisa bermalam dulu di Banyuwangi, baru dua jam kemudian ke Lovin.”