Syok! Inilah Akibat Minum Antibiotik Sembarangan Tanpa Sesuai Aturan Dokter
LIPUTON 6.com, Jakarta – Ketika bakteri terinfeksi dalam tubuh, antibiotik sering dianggap ‘penyelamat’. Namun, tahukah Anda bahwa makan antibiotik tanpa meresepkan dokter dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius?
Salah satu konsekuensi paling berbahaya dari minum antibiotik adalah pengabaian dan membahayakan timbulnya bakteri resisten atau kekebalan tubuh terhadap obat -obatan. Ketika ini terjadi, perawatannya lebih sulit dan infeksi menjadi berbahaya. Apa resistensi antibiotik?
Resistensi antibiotik adalah suatu kondisi ketika bakteri dalam tubuh tidak dapat diatasi dengan antibiotik yang sering digunakan untuk membunuh mereka. Menurut juru bicara di Kementerian Kesehatan Indonesia (Republik Indonesia), Dr. Mohammad Saiahril, SPP, MPH, salah satu alasan mengapa antibiotik tidak sesuai dengan aturan.
Misalnya, mengonsumsi antibiotik resep dokter, memperbaiki dosis atau tidak menghabiskan obat untuk rekomendasi. “Beberapa orang menggunakan obat antibiotik sekali sehari. Faktanya, dosis ini tiga kali sehari. Oleh karena itu, bakteri menjadi resisten, kebal,” Senin, Oktober dikutip oleh tetangga yang sehat. 2024.
Ketika bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik, tubuh tidak dapat lagi melawan infeksi dengan cara yang sama. Bakteri dapat berkembang biak, menyebar dan menjadi lebih kejam. Contoh beton adalah tuberkulosis obat, yang dikenal sebagai tuberkulosis multi-resistan (MDR-TB).
MDR-TB terjadi ketika bakteri (TB) yang menyebabkan tuberkulosis biasanya kebal terhadap obat lini pertama yang pertama kali digunakan. Lalu TB yang resisten terhadap obat masih bisa disembuhkan?
MDR-TB muncul ketika bakteri tuberkulosis tidak dapat dibunuh oleh garis obat pertama seperti REFMPE dalam refumps refmp, isoniazide (INH), athambutol dan pirazinamide. Perawatan standar TB biasanya berlangsung enam bulan dan memiliki dua langkah.
Pada tahap awal, yang merupakan dua bulan terakhir, pasien perlu minum obat harian. Selain itu, dalam empat bulan ke depan, pengobatan berlanjut dengan hanya dua jenis obat. Namun, jika pasien tidak disiplin untuk minum obat sesuai dengan instruksi mereka, maka resistensi.
Jika obat diminum hanya selama sebulan, atau hanya selama dua minggu, Saiahill menekankan bahwa bakteri TB dapat menjadi kebal, sehingga pengobatan akan lebih sulit.
Terlepas dari kebisingan yang mengkhawatirkan, kabar baiknya adalah bahwa TBG dapat menyembuhkan bahkan jika obat itu resisten. Menurut (Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), MDR-TB dapat diatasi dengan menggunakan obat lini kedua.
Namun, pengobatan ini lebih kompleks karena memiliki obat yang lebih mahal dan seringkali memiliki efek samping yang lebih serius daripada pengobatan lini pertama.
Langkah penting untuk mencegah resistensi antibiotik adalah selalu menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dan rekomendasi dokter. Menurut Saiahil, jika ada indikasi medis yang baik, antibiotik disediakan, terutama untuk infeksi bakteri.
Hindari menggunakan antibiotik untuk penyakit yang disebabkan oleh batuk atau dingin. Ini adalah kesalahan umum, karena virus tidak dapat ditentang oleh antibiotik.
Jika ada gejala penyakit sedang, cobalah obat tradisional pertama, seperti kompres, tingkatkan air minum, dan makan makanan bergizi. Jika gejalanya tidak membaik, konsultasikan dengan dokter untuk perawatan yang tepat.