Kesehatan

Tato dan Tindik Tak Steril, Pemicu Kanker Hati yang Sering Diabaikan!

thedesignweb.co.id, Jakarta – Tato dan tindik bisa menjadi bagian dari kehidupan modern dan ekspresi diri. Namun, di balik keindahan seni, terdapat dampak kesehatan serius yang sering diabaikan. Salah satu efek samping yang paling berbahaya adalah kanker hati, yang bisa disebabkan oleh penggunaan tato dan tindikan yang buruk. Mengapa tato dan tindik berbahaya?

Prosedur tato dan tindik melibatkan penggunaan jarum untuk menembus kulit. Jika peralatan yang digunakan tidak aman, maka berisiko tinggi menularkan penyakit, termasuk hepatitis B dan C.

Rino Alvani Gani, dokter spesialis penyakit dalam, spesialis gastroenterologi, hepatologi RS Pondok Indah – Pondok Indah, menekankan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan alat tato dan tindik yang terkontaminasi. Menurutnya, risiko terkena kanker hati meningkat pada mereka yang menggunakan bahan di bawah standar, terutama jika mereka memiliki riwayat keluarga dengan penyakit liver atau penyakit liver. Apa penyebab kanker hati?

Selain obesitas dan penyakit liver, masih banyak faktor lain yang dapat meningkatkan risiko terkena kanker hati, antara lain: Riwayat keluarga: Jika ada anggota keluarga yang mengidap penyakit liver atau penyakit liver, maka risiko terkena kanker hati sangat besar . Transfusi darah: Riwayat transfusi darah, terutama jika dilakukan sebelum tes darah besar, juga dapat meningkatkan risiko kanker hati. Gaya hidup yang buruk: Konsumsi alkohol dalam jumlah besar dan pola makan yang buruk juga dapat merusak hati, sehingga meningkatkan risiko kanker.

 

Mengingat kanker hati seringkali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal, deteksi dini adalah kunci keberhasilan pengobatan. Jika Anda berisiko seperti yang disebutkan di atas, sangat penting bagi Anda untuk melakukan pemeriksaan rutin.

Pemeriksaan USG (USG) dan tes darah untuk memeriksa fungsi hati dapat membantu mendeteksi kanker pada tahap awal, sehingga pengobatan mungkin lebih efektif.

Jika kanker hati terdeteksi sejak dini, ada beberapa pilihan pengobatan yang perlu dipertimbangkan. Pembedahan untuk mengangkat tumor atau transplantasi hati dapat menjadi pilihan, tergantung pada ukuran tumor dan hati pasien. 

Selain prosedur bedah, ada juga metode pengobatan kanker hati non-bedah, antara lain Radiofrekuensi Ablasi (RFA) dan Transarterial Chemoembolization (TACE). 1. Siaran radio

Ablasi Frekuensi Radio (RFA) adalah prosedur invasif minimal yang menggunakan energi panas dari gelombang radio untuk menghancurkan kanker hati.

Dengan bantuan pencitraan seperti USG, CT Scan, atau MRI, dokter akan memasukkan jarum elektroda ke lokasi tumor. Energi radiasi yang disalurkan dari jarum akan memanaskan area tumor hingga 60-100 derajat Celcius sehingga menyebabkan sel mati.

Setelah prosedur RFA, pasien akan diawasi selama beberapa jam untuk memeriksa komplikasi sebelum kembali beraktivitas normal.

 

Kemoembolisasi transarterial (TACE) adalah prosedur non-bedah lainnya yang menggabungkan kemoterapi dan embolisasi. Prosedur ini dilakukan di ruang angiografi dengan anestesi lokal di selangkangan atau lengan tempat kateter dimasukkan ke dalam vena hati.

Obat kemoterapi dan anestesi disuntikkan ke dalam pembuluh darah yang memasok darah ke tumor. Obat kemoterapi membunuh sel kanker, sementara rasa sakit meredakan saraf dan menghentikan aliran darah ke tumor.

Kombinasi ini menghilangkan oksigen dan nutrisi dari tumor, yang dapat membunuh sel.

Setelah prosedur TACE, pasien akan diawasi selama beberapa jam untuk memastikan tidak ada komplikasi. Efek samping seperti demam, mual, dan nyeri pada hati mungkin terjadi, namun dapat dikontrol dengan pengobatan rutin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *