Regional

Usai Cabuli 2 Santriwati, Pemilik Ponpes di Muara Enim Janjikan Beri Rumah

thedesignweb.co.id, Palembang – Aksi kekerasan seksual kembali terjadi di lingkungan sekolah Islam (ponpes) sehingga membuat korban merasa darurat.

Peristiwa ini menimpa dua siswi salah satu pesantren mandiri yang berlokasi di Desa Menanti, Kawasan Muara Enim, Sumatera Selatan (Sumsel).

Namun parahnya, pelaku penganiayaan brutal terhadap siswi berusia 18 dan 21 tahun tersebut adalah pimpinan pesantren berinisial ASP (30). Aksi agresif tersebut diketahui setelah keluarga pelajar tersebut melaporkan pelaku ASP ke polisi di Muar Enim, Sumatera Selatan.

Kekerasan seksual tersebut ternyata terjadi pada tahun 2023, yang akhirnya diumumkan oleh korban pada Rabu (27/11/2024) lalu. Berkat laporan tersebut, Bareskrim Muara Enim dengan cepat menemukan ASP di pesantren miliknya.

Dengan tenang, Kepala Desa Menanti menjelaskan asal muasal masalah seksual tersebut. Sebelum kejadian, ASP menelpon korban dan siswi lainnya.

Korban perempuan dan saksi santri berinisial WS yang dipanggil ASP masuk ke kamar pribadi ASP di pesantren tersebut, ujarnya, Senin (12/02/2024).

Saat ASP masuk ke dalam kamarnya, ASP langsung memeluk korban dari belakang. Bahkan, para korban dan saksi terpaksa harus memenuhi persyaratan ASP.

Setelah menganiaya kedua siswi tersebut, ASP menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat. Agar kedua korban tidak berbincang, ASP berjanji akan membangunkan rumah baru untuk mereka.

Proses belajar mengajar di sebuah pesantren di Muara Enim saat ini dihentikan sementara setelah ASP dinyatakan bersalah melakukan perilaku tidak senonoh.

“Para santri dan siswi yang belajar di pesantren tersebut sudah dipulangkan ke keluarganya sampai ada pemberitahuan lebih lanjut. Pihak pesantren sudah memberikan penjelasan lain,” ujarnya.

 

Pondok Pesantren ini telah berdiri selama 5 tahun di Desa Menanti Muara Enim. Lebih dari 80 siswa belajar di sekolah Islam tersebut.

“Tersangka ASP kini telah ditangkap dan diperiksa di Mapolres Muara Enim untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Reskrim Polres Muara Enim AKP Darmanson.

Foto penjahat ASP didampingi polisi diposting di akun jejaring sosial (medsos) Instagram @baturajatoday. Banyak orang di media yang tiba-tiba menuliskan komentar pedas, dan ada pula yang merasa prihatin dengan apa yang dilakukan ASP.

Akun Instagram @mrdanang*** menulis, seharusnya pesantren dijalankan oleh kiai, bukan orang yang mengaku kiai. Dan juga harus ada ujian pengetahuan ilmiah dan kedalaman spiritual.

“Ya Tuhan, aku takut melihat cerita seperti itu. “Aku khawatir adikku jadi tahi lalat juga, tolong pergi ya Tuhan,” tulis @nadhira*** di Instagram.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *