Kesehatan

Veddriq Leonardo dan Rizki Juniansyah: Pahlawan Baru Indonesia di Olimpiade Paris 2024

thedesignweb.co.id, Jakarta – Indonesia menorehkan sejarah baru di dunia olahraga dengan meraih dua medali emas dalam satu ajang Olimpiade. Prestasi gemilang tersebut berhasil diraih oleh dua pemain muda yang sukses mengharumkan nama bangsa di kancah dunia.

Veddriq Leonardo, seorang pendaki gunung, merupakan peraih medali emas pertama bagi Indonesia. Tentu saja kesuksesan tersebut tidak datang begitu saja, melainkan hasil dari latihan keras dan komitmen besar yang telah ia tunjukkan selama ini. Veddriq mampu menunjukkan kemampuan luar biasa untuk mengalahkan lawan-lawannya di laga berat tersebut.

Tak lama kemudian, giliran Rizki Juniansyah, atlet angkat besi muda Indonesia, yang menorehkan sejarah baru. Rizki menjadi atlet Indonesia pertama yang meraih emas di Olimpiade, sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya. 

Dahulu cabor angkat besi selalu meraih medali perak dan kini Rizki mengubahnya menjadi emas. Kemenangan Rizki dan Veddriq menyamai kemenangan terbaik Indonesia di Olimpiade sejak 1992.

Kesuksesan yang diraih Rizki Juniansyah dan Veddriq Leonardo di Olimpiade Paris 2024 kini mengukir sejarah baru bagi Indonesia. Untuk pertama kalinya sejak tahun 1992, Indonesia berhasil membawa pulang dua medali emas dari satu ajang Olimpiade, seperti dilansir Kanal Bola thedesignweb.co.id pada Jumat, 9 Agustus 2024.

Prestasi tersebut menyamai pencapaian terbaik Indonesia yang pernah diraih duo bulu tangkis kondang Susy Susanti dan Alan Budikusuma yang meraih emas di Olimpiade Barcelona 1992.

 

Sejak tahun 1992, Indonesia belum pernah meraih lebih dari satu medali emas di Olimpiade. Bahkan di Olimpiade 2012, Indonesia pulang tanpa medali emas. Pada Olimpiade Paris 2024, bulu tangkis yang menjadi cabang utama Indonesia hanya mampu memberikan satu medali perunggu kepada Gregoria Mariska Tunjung di tunggal putri.

Namun yang membuat Olimpiade 2024 istimewa adalah Indonesia bisa meraih dua medali emas di cabang olahraga selain bulu tangkis untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Sejauh ini, delapan medali emas Indonesia di Olimpiade berasal dari cabang olahraga bulutangkis. Namun aturan tersebut berhasil dipatahkan oleh Veddriq Leonard di cabang panjat tebing dan Rizki Juniansyah di cabang angkat besi.

Yang lebih mengejutkan lagi, baik Veddriq maupun Rizki baru berkompetisi di Olimpiade tahun ini. Khusus bagi Veddriq, lomba panjat tebing ini juga baru pertama kali digelar di Olimpiade. 

 

 

Veddriq Leonardo mampu meraih medali emas nomor speed bouldering putra pertama Olimpiade Paris 2024, sekaligus menjadi medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Paris 2024, seperti dikutip dari laman resmi Olimpiade.

Sehari setelah Aleksandra Mirosław dari Polandia memenangkan emas di kategori kecepatan putri, Veddriq mengikuti jejaknya dan membuat sejarah Olimpiade. Ia menjadi atlet pertama yang membawa pulang medali emas bagi Indonesia di Paris 2024.

“Saya merasa sangat istimewa. Ini adalah impian saya sejak lama dan hari ini saya berhasil mewujudkan impian tersebut,” ujar Veddriq yang terlihat sangat bahagia.

Acara yang melelahkan ini menampilkan penampilan luar biasa dari Sam Watson dari Amerika Serikat, yang mencetak rekor dunia baru dengan waktu 4,74 detik untuk meraih perunggu.

Sebelumnya, Watson gagal melaju ke final setelah kalah dari Wu Peng di semifinal. Namun, Watson mampu bangkit kembali untuk meraih perunggu setelah mengalahkan Reza Alipour dalam rekor dunia.

Veddriq Leonardo nyaris menyamai catatan waktu tersebut dengan catatan waktu 4,75 detik yang membuatnya mendapatkan medali emas, hanya lebih cepat 0,02 detik dari Wu Peng asal Republik Rakyat Tiongkok yang harus puas meraih perak.

“Seluruh Indonesia bangga dengan medali emas ini,” imbuhnya.

 

Rizki Juniansyah meraih medali emas kategori angkat besi 73kg di South Paris Arena pada Kamis, 8 Agustus dengan total angkatan 354kg. Ia memenangkan nomor 8kg dari peraih medali perak Weeraphon Wichuma dari Thailand, yang mencatatkan total angkatan 346kg.

“Saya sangat senang, bangga dan haru karena ini medali emas pertama saya dan saya berhasil membuat sejarah,” kata Juniansyah.

Juniansyah mengawali kompetisi dengan deadlifting 155kg. Hasil ini menempatkannya 10 kg di belakang Shi Zhiyong dari Republik Rakyat Tiongkok dan 1 kg di belakang Julio Mayora Pernia dari Venezuela setelah putaran pertama kompetisi.

Namun, bencana terjadi ketika Shi dan Mayora Pernia tidak mampu melakukan pengangkatan yang benar pada bagian pembersihan dan semak belukar. Hal ini membuat Shi, juara dunia tiga kali dan peraih medali emas bertahan, tidak dapat menghitung angka akhir, sehingga keduanya tersingkir dari perebutan medali.

Dengan dua pesaing utama pada kompetisi tersebut, Juniansyah hanya membutuhkan satu angkatan untuk meraih medali emas. Ia berhasil menyelesaikan angkatan pertamanya seberat 191 kg, kemudian menyaksikan upaya pengangkat lain untuk mengalahkan angkatannya.

“Saya berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia atas dukungannya, termasuk yang menonton dari rumah,” ujarnya.

“Saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata bagaimana perasaan saya saat ini. Anda melihat saya menangis karena itu emosional dan indah dan saya sudah memikirkan langkah saya selanjutnya,” tambahnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *