Vietnam Setop Operasional Aplikasi Temu, Apa Sebabnya?
thedesignweb.co.id, pengecer online Tiongkok yang berbasis di Jakarta, Timo menghentikan operasinya di Vietnam pada akhir November setelah gagal memenuhi tenggat waktu pendaftaran di Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam.
Menurut abcnews, pada Selasa (12/10/2024) Kementerian Vietnam menangguhkan pengecer online Tiongkok Timo karena gagal mendaftar hingga batas waktu November.
Tidak jelas apakah Timo, yang merupakan bagian dari perusahaan e-commerce Tiongkok Pandodo, akan diizinkan untuk terus beroperasi setelah pencatatan.
Penangguhan ini terjadi setelah kementerian menyampaikan kekhawatiran tentang keaslian produk-produk Timo yang sangat murah dan dampaknya terhadap produsen Vietnam.
Timo mengatakan Kamis lalu bahwa dia bekerja sama dengan badan e-commerce dan ekonomi digital Vietnam dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk mendaftarkan layanan e-commerce dan telah menyerahkan dokumen yang diperlukan.
Timo mulai menjual barang di Vietnam pada bulan Oktober dengan diskon agresif dan pengiriman gratis. Menurut Kantor Berita Vietnam, pemerintah Vietnam sebelumnya memperingatkan perusahaan-perusahaan bahwa aplikasi dan situs web mereka akan diblokir jika mereka tidak mendaftar pada akhir November.
Opsi bahasa Vietnam telah dihapus dari situs Timo pada hari Kamis. Timo “bekerja sama dengan Badan Perdagangan Elektronik dan Ekonomi Digital Vietnam dan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan untuk mendaftar guna menyediakan layanan perdagangan elektronik di Vietnam,” menurut pengumuman di situs tersebut.
Aplikasi Teamo juga sedang diselidiki di Eropa karena gagal menghentikan penjualan produk ilegal.
Direktur Jenderal IKPK (Dirjen Informasi dan Humas) Kementerian Komunikasi dan Informatika Prabunanda Ryuta menilai aplikasi Revolution Timo tidak sesuai dengan regulasi di Indonesia.
Selain itu, kata dia, penerapan Timo dapat mengancam keberlangsungan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah). Jadi pemerintah memblokirnya melalui Cominfo.
“Untuk aplikasi Temu, dari segi model bisnisnya tidak sesuai dengan regulasi yang ada di Indonesia saat ini, baik dari sisi perdagangan maupun ekosistem UMKM yang perlu kita jaga dan pertahankan,” ujarnya dalam siaran pers . Senin (14.10.2024).
Menurutnya, Timo App menghubungkan langsung produk dari pabrik ke konsumen. Hal ini memungkinkan terjadinya predatory pricing atau dumping dan sangat berbahaya bagi UMKM lokal.
“Ketika produk luar negeri datang dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk UMKM, maka konsumen pasti akan memilih produk yang lebih murah. Hal ini akan membuat UMKM kita sulit bersaing,” kata Prabhu.
Cominfo memperkirakan kehadiran aplikasi tersebut dapat merugikan ekosistem bisnis UMKM, apalagi jika harga produk luar negeri terlalu rendah dan mengancam keberlangsungan usaha kecil. Oleh karena itu, pemerintah harus mengambil tindakan tegas untuk melindungi usaha kecil dan menengah.
Selain ancaman terhadap UMKM, Prabo Timo juga menegaskan aplikasi tersebut tidak terdaftar sebagai PSE (Penyelenggara Sistem Elektronik). Dalam situasi seperti ini, kemungkinan terjadinya pemblokiran sangat besar.
Cominfo juga mencermati trafik aplikasi Temo di Indonesia masih sangat rendah. Namun jika trafik meningkat dan terjadi dampak signifikan, Kominomfo akan segera mengambil tindakan.
Prabhu juga menyoroti aspek perlindungan konsumen. Kualitas produk yang dijual Temu tidak terjamin karena tidak mematuhi peraturan di Indonesia.
“Kalau harga produk terlalu murah, kualitasnya tidak bisa terjamin. Berbahaya bagi konsumen,” lanjutnya.
Untuk memastikan keamanan konsumen, Cominfo juga berkoordinasi dengan kementerian terkait, seperti Kementerian UKM dan Kementerian Perdagangan, untuk menilai potensi risiko dari PSE yang tidak patuh.