Wall Street Anjlok Parah, S&P 500 dan Nasdaq Cetak Kinerja Terburuk
thedesignweb.co.id, Batavia – Pasar saham Amerika Serikat (AS) atau sering disebut Wall Street mendapat tekanan tertinggi pada akhir perdagangan Jumat.
Indeks saham S&P 500 mencatatkan kinerja mingguan terbaiknya sejak tahun 2023, sedangkan Nasdaq turun 2% dan juga mencatatkan kinerja mingguan terburuknya sejak tahun 2022.
Penurunan pasar saham AS disebabkan investor menilai dampak laporan ketenagakerjaan Agustus 2024 sangat lemah. Selain itu, Wall Street cukup lemah untuk membuang saham-saham teknologi.
Berdasarkan CNBC, pada Sabtu (7/9/2024), S&P 500 turun 1,73% dan ditutup pada 5.408,42. Sedangkan Nasdaq Composite turun 2,55% dan ditutup pada 16.690,83. Indeks yang sarat teknologi ini mengakhiri sesi dengan kenaikan lebih dari 10% dari penutupannya.
Sedangkan Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 410,34 poin atau 1,01% dan ditutup pada 40.345,41.
“Ini adalah pergerakan yang sebagian besar didorong oleh pertumbuhan,” kata Emily Roland dari John Hancock Investment Management.
“Pasar berubah antara gagasan berita buruk, atau kabar baik. Dia menambahkan. Aset Teknis
Saham-saham teknologi utama melemah karena investor melepaskan aset-aset berisiko di tengah kekhawatiran terhadap kesehatan perekonomian AS.
Saham Amazon turun 3,7% dan Alphabet turun 4%. Sedangkan roster Meta turun lebih dari 3%. Marginnya turun 10% menjelang kuartal ini.
Saham semikonduktor lainnya juga terseret, dengan Nvidia dan Micro Devices turun sekitar 4%.
VanEck Semiconductor ETF (SMH) turun 4% dan membukukan minggu terbaiknya sejak Maret 2020.
Pergerakan Wall Street pada hari Jumat menandai minggu yang sulit bagi pasar saham. S&P 500 membukukan penurunan 4,3% untuk minggu terburuk sejak Maret 2023. Nasdaq turun 5,8% untuk minggu terburuk sejak 2022, sedangkan 30 saham Dow turun 2,9%.
Data pekerjaan terbaru untuk bulan Agustus menambah kekhawatiran mengenai lesunya pasar tenaga kerja. Data yang lemah telah memicu kekhawatiran mengenai kesehatan perekonomian, pasar yang bergejolak, dan selera risiko dalam beberapa pekan terakhir. Nonfarm payrolls meningkat sebesar 142,000, dibandingkan dengan kenaikan sebesar 161,000 yang diperkirakan oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones. Namun, tingkat pengangguran mencapai 4,2%, sesuai dengan ekspektasi.
“Kebijakan ini sedang mencari panduan dan akan datang dari Federal Reserve,” kata Charles Ashley, direktur pelaksana Catalyst Capital Advisors.
Investor memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga setidaknya seperempat poin persentase pada akhir pertemuan kebijakannya bulan ini, namun tren pasar tenaga kerja yang lemah telah meningkatkan spekulasi mereka bahwa bank sentral akan melakukan pemotongan besar-besaran.