Wamenkeu: Kurikulum Pendidikan Harus Sejalan dengan Kebutuhan Dunia Kerja
thedesignweb.co.id, Yogyakarta – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu, salah satu kekhawatiran Presiden Prabow Subianto adalah kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Sektor pendidikan perlu bertransformasi untuk menghasilkan lulusan yang siap kerja.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dunia saat ini adalah meningkatnya penggunaan kecerdasan buatan (AI) di semua industri. Namun hal ini tidak dibarengi dengan tersedianya kursus untuk menyeimbangkan penggunaan AI. “Presiden Prabowo punya banyak keluhan. “Memang benar program terapan dan vokasi mampu memenuhi kebutuhan pekerja dalam jumlah besar,” jelasnya di Sekolah Vokasi UGM, Senin (28 Oktober 2024).
Menampilkan pembicara utama pada Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-15 dan Lustrum III SMK UGM Yogyakarta. Meskipun jumlahnya melimpah, jumlah tenaga kerja yang tersedia masih mengalami ketidaksesuaian antara keterampilan yang mereka miliki dan kebutuhan industri.
Terdapat kesenjangan antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja. Oleh karena itu, pendidikan harus beradaptasi untuk memastikan pekerja siap menghadapi perkembangan teknologi. Anggito lantas mencontohkan bagaimana disrupsi akibat penggunaan teknologi AI membuat pekerjaan menjadi lebih mudah, bahkan di dunia akademis. Banyak tugas siswa saat ini yang menggunakan Imitation of Reason sebagai acuannya. “Dengan AI kita bisa membuat musik yang lebih baik dari Kahitna. AI bisa digunakan dengan baik untuk menulis rencana bisnis dan proyeksi keuntungan. Namun, pengguna kurang pandai dalam melakukan presentasi,” ujarnya.
Karena perkembangan teknologi yang tidak dapat diprediksi, Anggito yang juga Kepala Departemen Ekonomi dan Bisnis SMK UGM meminta pihak universitas untuk memperkenalkan mata kuliah penyeimbangan AI. “Dunia pendidikan harus beradaptasi dengan perkembangan AI. Disrupsi tidak boleh dianggap enteng. Silakan dilanjutkan dengan membuat rencana program di seluruh departemen AI, machine learning, dan robotika,” ujarnya.
Tak hanya itu, khususnya di bidang pendidikan vokasi, Anggito terus meningkatkan kolaborasi dengan industri untuk memastikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan pasar dan mempersiapkan siswa untuk mendapatkan manfaat nyata. “Sekolah Vokasi bukan hanya tempat belajar, tapi juga pusat inovasi dan kreativitas. “Pendidikan yang profesional, inovatif dan terapan sangat dibutuhkan dalam bidang pangan, energi, investasi dan proyek strategis nasional,” jelasnya.
Menurutnya, langkah-langkah tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang sesuai dengan kebutuhan zaman, di mana mereka dapat menguasai teknologi, keterampilan abad 21, dan nilai-nilai karakter. Oleh karena itu, pendidikan berbasis kompetensi diyakini dapat membantu siswa menghadapi tantangan masa depan dan menyediakan fasilitas pendidikan yang memadai. Infrastruktur yang baik mendukung proses belajar mengajar yang efektif.