WAMI Berhasil Dapatkan Royalti Sebanyak Rp 161 Miliar Selama Tahun 2024, Sudah Didistribusikan Ke Pencipta Lagu
thedesignweb.co.id, Jakarta Wahana Musik Indonesia (WAMI) terus memperkuat perannya sebagai kolektif untuk Institut Manajemen (LMK), yang mengelola hak musik untuk lebih dari 5.000 komposer. Selama tahun 2024, WAMI mencapai beberapa keberhasilan penting dan menekankan komitmennya terhadap keberlanjutan industri musik.
Selama tahun ini, WAMI berhasil menambah 724 anggota baru, sehingga jumlah total anggota mencapai 5.666 komposer dan penerbit dengan koleksi katalog musik yang berisi 241.951 karya. Pertumbuhan ini menunjukkan sangat antusiasme aktor industri untuk manajemen hak cipta yang lebih profesional.
WAMI memperkirakan bahwa distribusi tarif lisensi akan menjadi 118 miliar RP pada akhir 2024, sementara kumpulan tarif lisensi akan mencapai 161,25 juta RP hingga Desember 1524.
“Sampai 15 Desember 2024, tarif lisensi yang kami kumpulkan hingga 161,25 miliar. Dan kami membagikan Rp118 miliar,” kata Presiden Wami, Adi Adrian selama WAMI, Passar Ming, Southarta, Rabu (12/12/2024).
Tetapi WAMI masih tidak ingin memberikan informasi tentang pencipta siapa pun yang telah menerima tarif lisensi. Wami mengakui bahwa dia mengabaikan komposer kepada masyarakat umum.
“Kita harus dengan izin dari pencipta lagu. Kita semua memiliki data dan kita pasti ada. Tapi saya minta maaf kami tidak ingin mengumumkan siapa yang bisa,” tambah Maki Purple, yang berada di sebelah Adi Kla.
Untuk memastikan kepatuhan terhadap pengguna musik, WAMI telah bekerja dengan Mutual International 63 LMK. Sampai sekarang, dari 10.324 pengguna musik tertulis, lisensi telah menangani hingga 5 501.
Untuk meningkatkan klaim pada platform digital, WAMI berkolaborasi dengan LMK regional dalam proyek pertukaran data digital global. Selain itu, WAMI telah meluncurkan Portal Atlas Digital Inovatif yang memungkinkan anggota untuk mengontrol data kerja mereka secara mandiri.
Kesadaran hak cipta juga meningkat melalui berbagai sosialisasi dengan asosiasi musik di kota -kota seperti Kendari, Makassar, Lampung dan NTB. Kampanye #EveryTunMatters telah disesuaikan dengan generasi termuda melalui program WAMI di kampus di universitas seperti antarmuka pengguna, UPH, UPD, Unpad dan SAE Indonesia.
WAMI juga mengambil langkah -langkah tegas untuk memperjuangkan hak -hak anggotanya. Salah satu fokus tahun ini adalah untuk menginformasikan pengguna musik yang tidak cocok dengan DJKI, berharap untuk meningkatkan kesadaran dan mematuhi aturan hak cipta.
“Kami masih jauh dari sempurna, tetapi WAMI masih berusaha untuk meningkatkan -kami optimis dengan kerja keras dan kerja sama bahwa di masa depan manajemen hak cipta akan lebih baik dan bahwa kesejahteraan komposer dapat meningkat,” kata Adi Adrian.
Meskipun tantangannya masih ada, WAMI optimis untuk tetap berada di Vanguard sebelum hak untuk berolahraga, membangun industri musik Indonesia yang lebih adil dan berkelanjutan.