Wanita di China Seketika Alami Kelumpuhan Usai Dimarahi Atasan
Liputan 6.com, Beijing – Dikritik atau di-bully oleh atasan bisa menjadi pengalaman yang lumrah bagi banyak karyawan. Namun, hal ini berbeda dengan apa yang terjadi pada perempuan berusia 20-an di Tiongkok
Menurut laporan South China Morning Post, Minggu (27/10/2024), wanita bermarga Li itu tiba-tiba menjadi tidak responsif, tidak bisa makan, minum, bergerak, atau berkomunikasi.
Terungkap bahwa karyawan Henan tersebut ditegur oleh atasannya sebulan yang lalu, yang membuatnya frustasi sejak lama.
Bila kondisinya memburuk, kepalanya akan terjatuh jika tidak ada bantal di bawahnya Ia juga membutuhkan bantuan anggota keluarga untuk mengingatkannya agar pergi ke kamar mandi
Jia Dehun, seorang dokter di Rumah Sakit Rakyat Kedelapan Zhengzhou, menggambarkan Li sebagai sosok kayu.
Jia menjelaskan bahwa Lee mengalami pingsan katatonik, yang merupakan gejala depresi
Dia mencatat bahwa Tuan Lee adalah seorang introvert dan sulit membuka diri terhadap orang-orang di sekitarnya, yang membuat kondisinya semakin buruk.
Menurut laporan, Lee mengakui penyakitnya dan berharap dapat mengendalikan emosinya dengan lebih efektif mulai sekarang.
Kasus ini membuat heboh media sosial.
Salah satu pengguna media sosial berkomentar bahwa dia menyiksa dirinya sendiri karena perilaku bosnya.
Yang lain menambahkan, “Jika pekerjaan Anda terlalu menuntut, lebih baik berhenti daripada diam.”
Yang lain berkata: “Kadang-kadang saya merasa stres dengan pekerjaan saya tetapi saya tidak bisa berhenti karena mencari pekerjaan lain sangatlah menantang.”
Sebuah survei yang dilakukan oleh Chinese Psychological Society menemukan bahwa 4,8% pekerja Tiongkok menderita depresi di tempat kerja.
Pada saat yang sama, menurut Shangguan News tahun lalu, sekitar 80% karyawan mengatakan mereka merasa tidak nyaman di tempat kerja, 60% mengatakan mereka sibuk, dan sekitar 40% mengatakan mereka mengalami gejala depresi.
Pada platform media sosial Tiongkok yang berfokus pada komunitas seperti Duban, banyak orang mengatakan bahwa mereka kesulitan mendapatkan pekerjaan dengan upah yang sebanding meskipun bekerja dengan jam kerja yang panjang dan mengalami penurunan berat badan, serta enggan untuk pergi.