Wijaya Karya Bayar Obligasi dan Sukuk, Segini Nilainya
thedesignweb.co.id, Jakarta – PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membayar pokok jatuh tempo obligasi dan sukuk senilai Rp 896 miliar pada 9 September 2024.
Rinciannya antara lain Obligasi Stabilisasi Seri A Kedua Tahun 2021 sebesar Rp 571 miliar, dan Obligasi Stabilisasi Seri A Pertama Tahun 2021 sebesar Rp 325 miliar.
Direktur Utama Wijaya Karya Agung Budi Waskito menjelaskan pembayaran tersebut sesuai dengan kesepakatan WIKA dengan pemegang obligasi dan sukuk dalam escrow agreement. WIKA juga membayar bunga obligasi dan Sukuk PUB II Tahap 1 sebesar Rp55,06 miliar.
Sebelumnya, perseroan juga membayar bunga obligasi PUB II dan obligasi syariah tahap II 2022 pada 19 Agustus 2024 sebesar Rp 46,51 miliar.
“Perusahaan berupaya memenuhi kewajibannya kepada para pemangku kepentingan yang merupakan hasil dari langkah-langkah transformasional yang dilakukan,” kata Agung dalam keterangan resmi, Selasa (10 September 2024).
Upaya transformasi ini dilakukan melalui tiga pilar utama yaitu fokus pada kas, keunggulan pelaksanaan proyek, dan keseimbangan portofolio bisnis. Tujuan utamanya adalah untuk mempercepat pemulihan dan memperkuat landasan operasional bisnis WIKA yang berkelanjutan.
Agung menambahkan, keberlangsungan usaha WIKA tidak terlepas dari pemberdayaan mitra usaha di wilayah operasional perusahaan. Berdasarkan laporan arus kas operasi laporan keuangan kuartal II 2024, perseroan telah membayar pemasok sebesar Rp 9,43 triliun.
Agon menyimpulkan: “Di antara langkah-langkah kesehatan yang dilakukan WIKA, hal ini menjadi angin segar dalam menjaga kepercayaan seluruh pemangku kepentingan. Kami percaya bahwa dalam membangun bisnis yang berkelanjutan, diperlukan seluruh dukungan terkait dan serangkaian upaya kolaborasi antar pihak para pihak.”
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) membeberkan perkembangan IPO anak usahanya. Awalnya, perseroan berencana mengirimkan enam anak usahanya untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui penawaran umum perdana (IPO).
Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Tbk Mahendra Vijaya mengatakan prioritas perusahaan saat ini adalah bisnis kesehatan. “IPO anak perusahaan belum menjadi prioritas dalam dua tahun ke depan. Kami masih fokus restrukturisasi dulu,” kata Mahendra kepada wartawan di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (21/8/2024).
Sebelumnya Wika Realty berencana go public pada tahun 2023. Saat itu, perseroan berencana mengajukan IPO Wika Realty setelah proses penataan BUMN Hotel Holdings selesai. Namun hingga kini kelanjutan rencana IPO tersebut belum terealisasi. Anak perusahaan lain yang bersiap IPO antara lain Wika Industri dan Konstruksi yang bergerak di industri manufaktur struktur baja.
Wika Rekayasa Industri kemudian merambah ke bidang teknik operasi dan pemeliharaan. WIKA Bitumen mengelola produksi aspal alam, WIKA Serang Panimbang merupakan badan usaha jalan tol dan WIKA Tirta Jaya Jatiluhur bergerak di bidang pengolahan air murni.
Saat ini WIKA berkomitmen memperkuat tata kelola perusahaan sebagai bagian dari 8 proses restrukturisasi perusahaan. Manajemen meyakini penguatan tata kelola perusahaan merupakan hal paling mendasar untuk menjamin kelangsungan proses bisnis WIKA.
Dari sisi kinerja keuangan, Mahendra mengatakan WIKA berada pada jalur yang tepat. Sejujurnya, Mahendra mengatakan paruh pertama tahun ini lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara triwulanan, kinerja triwulan II tahun 2024 juga lebih baik dibandingkan triwulan I tahun 2024.
“Jadi tonggak sejarahnya sekitar tahun 2027-2028, dan awal pertumbuhannya di tahun 2028. Saat ini laporan keuangan 30 Juni 2024 masih dalam tahap review terbatas. Kita harapkan akhir bulan ini bisa keluar. baik-baik saja di kuartal terakhir dan semester pertama 2023,” tambah Mahendra.
Pada Juni 2024, perseroan menandatangani kontrak senilai Rp10,25 triliun. Kontribusi perolehan kontrak baru terbesar berasal dari sektor industri, disusul infrastruktur, konstruksi, proyek EPC, dan real estate. Pada saat yang sama, tergantung pada komposisi pemberi kerja, sebagian besar proyek berasal dari BUMN dan departemen pemerintah dan menerapkan rencana pembayaran bulanan yang progresif.
Sebelumnya, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) angkat suara terhadap permintaan PT Slava Indonesia kepada WIKA Bitumen untuk menunda kewajiban pembayaran utang (PKPU).
Secara keseluruhan, Sekretaris Perusahaan Wijaya Karya Tbk Mahendra Vijaya mengatakan keputusan hasil sidang perkara PKPU tidak berdampak material terhadap hasil keuangan atau aktivitas operasional perseroan.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk selaku induk perusahaan dari PT WIKA Bitumen (WIKA Bitumen) juga menghormati keputusan Pengadilan Niaga Makassar yang mengabulkan permohonan PKPU pemohon dan memastikan WIKA Bitumen akan melakukan proses sesuai ketentuan yang berlaku. hukum Indonesia dan peraturannya.
Dapat kami informasikan bahwa sejak awal persidangan, WIKA Bitumen selalu mengedepankan integritas dan menyelesaikan hak-hak krediturnya dengan memenuhi kewajibannya secara bertahap, kata Mahendra dalam keterbukaan informasi kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (7). /17) Kutipan. /2024).
WIKA Bitumen telah memenuhi kewajibannya kepada PT Slava Indonesia sebesar Rp650,9 juta yang telah dibayarkan secara bertahap dan diterima seluruhnya oleh pemohon, namun pembayaran akhir sebesar Rp425,9 juta yang telah dibayarkan pada tanggal 10 Juni 2024 telah dikembalikan. : PT Slava Indonesia.
“WIKA Bitumen sudah beberapa kali mencoba melunasi tagihan yang terutang, namun PT Slava Indonesia selalu mengembalikannya,” kata Mahendra.
Selain kepada kreditur lainnya, WIKA Bitumen juga telah memenuhi kewajibannya sebesar Rp 2,44 miliar yang diterima seluruhnya oleh PT Lintas Bangun Persadajaya. Namun sisa Rp97 juta yang telah dibayarkan pada 5 Juli 2024 telah dikembalikan oleh kreditur pada 8 Juli 2024.