Yenny Wahid Ajak Atlet Panjat Tebing Belajar Investasi
thedesignweb.co.id, Jakarta Menjadi seorang atlet merupakan salah satu cita-cita yang diminati banyak orang. Namun, menyadari karir para atlet yang terbilang singkat, Zanuba Arifah Chafsukh mendorong para atlet yang dinaunginya untuk melek investasi guna mempersiapkan finansial untuk masa depan ketika mereka tidak beraktivitas sebagai atlet.
Yanni mengatakan pada Selasa (29/10) di Gedung Bursa: “Jadi bagaimana kita bisa memastikan bahwa uang hasil jerih payah mereka dapat disimpan, diinvestasikan, dan dikembangkan lebih lanjut di kemudian hari? .
Jenny Wahid mengatakan banyak pendaki di bawah bimbingannya yang belum melek finansial sehingga menjadikan mereka sasaran empuk investasi bodong.
“Pemanjat tebing Indonesia tidak ada bedanya dengan masyarakat Indonesia pada umumnya,” kata Yenni. Artinya, mereka masih perlu meningkatkan literasi keuangan dan lebih besar kemungkinannya untuk menjadi korban investasi bodong. Ada permainan judi online. Waspadai kerugian investasi palsu
Bahkan, kata Yenni, kerugian akibat investasi bodong mencapai ratusan juta. Oleh karena itu, federasi berharap edukasi pasar modal kepada atlet panjat tebing dapat meningkatkan potensi investasi para atlet.
“Nilai kerusakannya ratusan juta, jadi saya langsung berpikir lho, kenapa kamu tidak bicara dengan saya, ini uang hasil jerih payahmu, sayang sekali,” kata Jenny.
Langkah pertama. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) bermitra dengan Heritage Trust International dan Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI) menyelenggarakan kampanye Financial Literacy Ring the Bell (RTBFL).
Acara ini merupakan kampanye global yang diprakarsai oleh Komisi Sekuritas Internasional (IOSCO) dan dirayakan oleh anggota Federasi Bursa Dunia (WFE) di bursa di seluruh dunia untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pendidikan dan perlindungan investor:
“Jadi mungkin selain meningkatkan taraf pelatnas, atlet-atlet tingkat nasional, kita juga ingin lebih mendidik para atlet di daerah, kabupaten, kota, kabupaten bahkan klub. Kalau begitu berarti masa depan mereka lebih terjamin, tapi mencerminkan apa yang terjadi di masyarakat,” ujarnya.
Indeks Saham Gabungan (IHSG) akhir-akhir ini berada di zona merah. IHSG diperdagangkan melemah 0,74% ke 7.501.285 pada perdagangan Rabu 9 Oktober 2024. IHSG anjlok hingga 82%, 0%.
Dodi Mardiansyah, Ketua IPOT Fund, menegaskan situasi ini tidak boleh menimbulkan kepanikan di kalangan pemilik reksa dana. Oleh karena itu, ia memberikan nasehat penting kepada investor untuk tetap tenang dan berhati-hati dalam berinvestasi di reksa dana saham meski IHSG melambat.
Pertama, fokus pada jangka panjang, penurunan IHSG bersifat sementara dan bagian dari dinamika pasar yang normal adalah volatilitas pasar.
Tips selanjutnya, jangan terburu-buru menjualnya. Saat IHSG anjlok, banyak investor yang tergoda berinvestasi karena takut kerugian lebih lanjut. Padahal, menjual saat pasar sedang lesu justru bisa mengakibatkan kerugian karena pasar sedang membaik karena strategi yang lebih cerdas. Saat pasar sedang lesu, inilah saat yang tepat untuk mengevaluasi kinerja manajer investasi.
“Pastikan mereka memiliki rekam jejak yang baik dalam mengelola dana di tengah kondisi pasar yang penuh tantangan,” kata Dodi, Rabu (9/10/2024). Kinerja mereka di masa lalu dalam menangani volatilitas pasar akan mempengaruhi kinerja mereka di masa depan.”
Dalam kondisi IHSG yang lesu, investor bisa memanfaatkan harga saham yang murah.
Diversifikasi investasi juga penting. Salah satu cara terbaik untuk mengurangi risiko ketika pasar sedang bergejolak adalah dengan melakukan diversifikasi.
Reksa dana saham yang dikelola dengan baik biasanya memiliki diversifikasi alami, namun tidak ada salahnya untuk memeriksa ulang apakah portofolionya cukup seimbang.
Terakhir, tetap tenang dan hindari spekulasi. Hindari pengambilan keputusan dan asumsi emosional yang dapat merugikan investasi jangka panjang Anda, dan kepercayaan terhadap proses investasi yang solid dan terencana adalah kunci untuk melewati masa sulit ini.
“Investor harus optimis dan melihat perlambatan pasar ini sebagai peluang investasi jangka panjang,” tutup Doody.